Memang benar sulit membedakan anak kembar yang memiliki wajah dan bentuk tubuh yang sama atau dikenal dengan kembar identik. Ini dialami juga oleh para guru saat mereka mengajar atau berinteraksi di sekolah.
Mengamati anak kembar tidak bisa hanya satu atau dua kali pertemuan, tetapi harus beberapa kali pertemuan baru bisa membedakan antara anak kembar yang satu dengan anak kembar yang lainnya. Biasanya ada saja ciri fisik yang membedakannya entah ada tahi lalat, tinggi badan, atau berat badan.
Kejadian ini dialami oleh rekan kami saat berinteraksi dengan anak kembar. Pada tahun ajaran baru kali ini semua siswa SMP kelas 7 dipinjamkan buku paket oleh sekolah, karena siswa dan guru harus menggunakan kurikulum terbaru yakni kurikulum 2013, dan buku bacaan pun berganti dengan buku bacaan kurikulum 2013 tidak lagi menggunakan buku BSE (Buku Sekolah Elektronik).
Pada saat membagikan buku paket kurikulum 2013, sang guru dan petugas perpustakaan memanggil satu per satu siswa. Dimulai dari kelas 71 kemudian kelas 72 dan seterusnya. Giliran pertama yang masuk ke perpustakaan adalah kelas 71. Di kelas ini terdapat siswa kembar bernama Nilam dan kembarannya di kelas 72 yang bernama Nina.
Satu persatu siswa dipanggil oleh sang guru untuk mendapat jatah buku paket pinjaman secara bergiliran dari nomor absen pertama hingga absen terakhir. Begitu juga dengan siswi kembar yang bernama Nilam dari kelas 71 sudah mendapat buku paket pinjaman saat namanya disebut.
Setelah siswa dan siswi kelas 71 selesai dibagikan buku paket, kini kelas 72 yang mendapat giliran untuk mendapatkan buku paket pinjaman dari perpustakaan untuk proses belajar di kelas dan juga untuk belajar dan mengerjakan tugas di rumah saat ditugaskan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Kelas 72 juga mendapat giliran yang sama berdasarkan nomor absen, biasanya yang dipanggil siswa yang berawalan huruf A hingga yang Z kalau ada. Saat tiba pada siswi kembar yang bernama Nina, sang guru pun berkata kepada sang murid, “bukannya kamu tadi sudah mendapatkan buku paket?”.
Nina awalnya hanya tersenyum kemudian dia menjawab “belum bu...”. Sang guru langsung bertanya kembali “tadi kan ibu sudah bagikan pada kamu...” dengan nada yang agak sedikit marah karena dianggap sudah mempermainkan sang guru. Lalu Nina menjawab “mungkin tadi yang ngambil buku itu Nilam bu... kembaran saya...”.
Mendengar jawaban tersebut sang guru, langsung berkata “Oh kamu kembar ya..?”. Lalu Nina menjawab “iya bu..”. Kemudian sang guru berkata “Oh kirain kamu ngambilin punya Nina, makanya ibu langsung melarang kamu mengambil buku paket lagi...maafin ibu ya...”
Kemudian Nina sang anak kembar pun menjawab “iya bu ga apa-apa...”. Lalu sang guru pun memberikan buku paket tersebut kepada Nina. Walaupun dalam hatinya dia merasa malu sendiri, tetapi memang susah membedakan anak kembar apalagi muka dan bentuk tubuhnya yang hampir sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H