Mohon tunggu...
Diya Khoirun Nisa
Diya Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - Enthusiast in content writing | content writer @jagatsetara | content portfolio @diyanisaa.21

Topik konten favorit : segalanya yang menarik dan bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Makna Hujan yang Filosofis

26 Mei 2022   19:24 Diperbarui: 26 Mei 2022   19:50 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Siapa sih yang menyukai hujan ? ada namun sedikit. Orang-orang banyak menyukai suasana bunga-bunga yang berlomba bermekaran. Bahkan ada juga yang menyukai terik panas matahari untuk berlarian di pasir pantai. Jelas dua musim tersebut tak menghentikan orang-orang untuk bersenang-senang maupun mencari sesuap nasi.

Jadi mengapa hujan tak begitu disukai ? Kilatan petir bersahutan, angin kencang dan genangan air yang kadang menelan nyawa manusia. Oke, memang ada yang intensitasnya kecil seperti gerimis, namun tetap saja membuat orang mengeluh menyalahkan. Kalimat yang dikatakan sih seperti ini "Kok hujan sih di saat genting seperti ini" dibarengi wajah muram. "Duh, tuhan, kenapa hujannya tidak turun saat nanti malam saja ?".

Setiap manusia memiliki kepentingan yang berbeda. Ada yang menghendaki turun hujan, namun ada pula yang menolak hujan turun. Jika 7 milyar manusia menjadi Tuhan, apa setiap kepentingan tidak bertabrakan ? Bumi pun juga akan lebih cepat hancur bukan dari datangnya kiamat. Memang benar Tuhan saja yang mengatur jalannya keteraturan semesta ini dari pada manusia. Maha adil dan Maha kuasa atas segala sesuatu.

Hujan itu termasuk cuaca. Datang dan pergi sesuka hati. Ya walaupun kadang prediksi si ahli ramalan cuaca pasti. Oh iya, pernahkah kalian berpikir jika hujan itu melatih kita untuk membuat keputusan ? Oke, saat kita melintas di jalan raya lalu tiba-tiba turun hujan kita berhenti sejenak. Padahal perjalanan yang ditempuh masih jauh. Bisa saja jika harus menginap tetapi juga harus siap untuk mengeluarkan uang. Ya walaupun bagi sebagian orang ini bukan hal yang sulit untuk diputuskan. Namun, tidak bagi orang yang suka overthinking dan indecisive. Dianalisis resikonya jika melakukan pilihan A atau pilihan B. Tidak sadar jika waktu teruss berjalan dan masih di posisi yang sama.

Ada juga orang yang berani terus berjalan walau hujan tak kunjung reda. Pikirnya mungkin hujan akan reda dengan sendirinya. Pikirnya lagi, time is money. Pikirnya lagi jika memikirkan resiko yang ada, kapan kita akan majunya ? Good decision come from experience and experience come from bad decision. Itu lah ungkapan yang diyakini oleh orang yang berani mengambil resiko. Dari pada menjadi indecisive yang tersesat tak tahu arah lebih baik mengambil keputusan dari hati.

Saya pernah membaca buku bahwa pilihan atau keputusan dibentuk dari logika dan intuisi. Memang memperbanyak data, riset dan hasil survei menjadi pegangan kuat dalam mengambil keputusan bagi seorang wirausahawan dan pemerintah. Dewan penasihat juga kerap kali diperlukan supaya lebih meyakinkan untuk mengambil pilihan A atau pilihan B. Banyaknya pertimbangan dan pilihan terkadang membuat kita lelah. Hal tersebut kelelahan dalam mengambil keputusan (decision fatigue ) yang akhirnya kita tak dapat membuat keputusan.

Jika logika membuat kita ragu dan bingung dalam mengambil keputusan, maka intuisi bisa menjadi jalan. Aku tahu bahwa membuat keputusan itu seperti menebak gambar dua sisi uang logam. Hal itu bisa disamakan dengan berekspektasi hal yang tak terekspektasi (expected the unexpected). Kita memang tidak bisa melihat masa depan bahkan apa yang terjadi di hari esok, kita tidak tahu. Tetapi kita bisa memprediksinya dengan membuat keputusan yang bijak. Nah intuisi yang bagus dapat membantu dalam proses tersebut. Intuisi sering disebut kata hati. Maka sering berseliweran ungkapan "follow your heart, ikuti kata hatimu". Mengikuti kata hati tak pernah salah, membuat kita tambah percaya diri. Ya walaupun pada akhirnya, keputusan yang diambil menghasilkan hasil yang salah. Justru hal itu lah yang membuat kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan terus belajar dari kesalahan. Ingatlah kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Hujan juga mengajarkan kita untuk belajar memahami berbagai perspektif. Bagi anak kecil, datangnya hujan membuat mereka bermain dengan teman, sehingga dapat menikmati masa kecilnya. Bagi petani, tentunya air hujan dapat mengairi tanaman yang ditanam sehingga dapat panen. Bagi pengusaha air minum, datangnya hujan dapat mencukupi produksi pasokan air bersih. Bagi binatang, air hujan dapat mengurangi rasa haus dan melancarkan metabolisme tubuh. Bagi pemerintah, air hujan yang melimpah dapat menjadi sumber pembangkit listrik. Terbukti, tak selamanya hujan itu buruk, banyak manfaat dan pelajaran yang dapat kita ambil.

Hujan itu kan elemennya air. Bisa mendatangkan hal yang bermanfaat bahkan hal yang buruk. Semua tergantung pada ulah manusia. Banyaknya bencana alam seperti banjir bandang dan longsor yang disebabkan oleh hujan. Berkurangnya resapan tanah akibat alih fungsi lahan dan penebangan liar akibat ulah rakus manusia. Hujan tidak tertampung, maka menerjang apa saja yang dilaluinya. Mencintai lingkungan dan tidak tamak adalah salah satu cara tuhan dalam mengingatkan manusia melalui hujan.

Tak salah memang Tuhan menciptakan hujan. Sebab, banyak makna yang terkandung di dalamnya, baik tersirat maupun tersurat. Bersyukurlah. Jika ada dampak buruk dari datangnya hujan, maka yang perlu dikoreksi sudah benarkah empati kita dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan ? Nah pertanyaan tersebut bersifat reflektif dan hanya diri kita yang dapat menjawabnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun