Semua berawal dari keisengan saya berkeliling ke kantor Kompas yang ada di Jalan Palmerah Barat, hari Rabu (18/12) kemarin. Tidak jauh memang, hanya 10 menit berjalan kaki melalui jalan kecil yang masih muat dilalui satu kendaraan roda empat. Niat awal ke kantor tersebut adalah mencari toko buku yang terletak di dalam bangunan perkantoran ini. Datang dari pintu belakang, saya mendapati beberapa stan didirikan dan dikerubungi orang. Ada stan nama bakmi inisial GM (yaelah bro), ada pula ayam goreng inisial KFC (yaelah bro sekali lagi), dan penjual es teh bubble (kali ini saya lupa namanya). Stan yang terletak di tengah-tengah punya bendera lain, Bank Mandiri. Mereka membagi-bagikan brosur bergaya visual komik era baheula, bukan bermata besar seperti manga Jepang. Sekilas menarik juga. Namun, prioritas tetap didahulukan. Saya tetap datang ke toko buku, mencari salah satu judul yang ternyata tidak ditemukan. Akhirnya meninggalkan tempat itu dalam waktu singkat (kurang ngotot ya :p) Singkat kata, saya kembali lagi ke keramaian itu. Kali ini dengan langkah mantap ke meja Bank Mandiri karena tampaknya mereka tengah mempromosikan program baru. Saya adalah nasabah Bank Mandiri, siapa tahu ada promo yang bisa dimanfaatkan. Segera saya disambut oleh petugas jaga, menawarkan produk baru mereka bernama MANDIRI E-CASH. Sebuah uang elektronik yang menggunakan medium aplikasi ponsel. "Menarik juga," batin saya dalam hati. Salah satu hal yang menarik, Bank Mandiri bukan sekali ini terjun dalam bidang uang elektronik. Sebelumnya mereka punya produk MANDIRI E-MONEY berupa uang elektronik menggunakan medium kartu nirsentuh ataucontactless. Cara memakainya, kartu diisi dengan dana maksimal Rp 1 juta kemudian dipergunakan di merchant yang punya mesin pemindai. Sekali lagi, mereka bukanlah perintis. Sebelumnya sudah ada BCA dengan produk serupa bernama Flazz atau BRI dengan BRIZZI yang menggunakan kartu nirsentuh. Jadi, apa bedanya dengan E-CASH kali ini? cash dan money sebetulnya punya makna yang serupa dalam bahasa inggris yakni uang. Namun, dasar karena penasaran, aku pun mencoba untuk mengunduh aplikasinya di GOOGLE PLAY STORE dan tampilannya....okay juga sih :)
MENDAFTAR Setelah mendaftarkan nomor telepon dari ponsel saya itu, sebetulnya aplikasi ini bisa langsung dipakai. Prinsipnya sama, aplikasi tersebut menjadi dompet bagi uang yang sebelumnya di-
top up untuk kemudian dibelanjakan. Bedanya dengan kartu
nirkontak, setiap transaksi harus menggunakan kode rahasia. Bila ponsel kita hilang, uang tetap bisa didapatkan kembali asalkan membuat laporan dan mendapatkan kembali nomor yang sama dari operator telekomunikasi. Begitu memasang kembali aplikasi, mencocokkan dengan nomor ponsel, uang akan kembali masuk.Â
Sebetulnya yang menjadi identitas dompet kita adalah nomor ponsel. Saya sempat terkecoh dan patah arang sewaktu mencobaÂ
top-up dari aplikasi karena harus menggunakan Mandiri
Clickpay (alat penghasil kode PIN seukuran remote alarm mobil) dan saya belum punya.
Beruntung petugas dari Bank Mandiri menerangkan bahwa ada metode lain untukÂ
top-up yakni melalui
anjungan tunai mandiri (
ATM) atau
transfer dari ATM. Dia pun menyodorkan brosur yang tadi sudah saya perhatikan. Disana ternyata ada instruksi lengkap tentang cara isi ulang, transaksi, dan sebagainya. Termasuk instruksi bagi telepon dasar (alias telepon yang bisanya telpon dan SMS).
Moral cerita: BACA... BACA... BACA... *tepokjidat* Saya diantar ke ATM yang sengaja dipasang dekat stan-stan tersebut. ATM dibutuhkan untuk verifikasi, isi ulang, maupun upgrade layanan. Verifikasi sudah bisa dilakukan otomatis begitu memasang aplikasi, tinggal upgrade layanan. Apa saja yang di-upgrade? Mulai fitur untuk transfer dana ke sesama pengguna e-Cash hingga tarik tunai di ATM. Salah satu fitur lain adalah saldo maksimal yang semula Rp 1 juta menjadi Rp 5 juta. Upgrade dilakukan secara gratis. Menurut saya, itu hanya permainan bahasa dari Bank Mandiri agar pengguna mendaftarkan nomor mereka.
Belanja Belanji Segera setelah mengisi dana ke Mandiri e-Cash saya, saatnya mencoba. Dan ternyata cukup sederhana sekaligus rumit. Kita menggunakan cerita saja.
Saya membeli dua gelas bubble tea yang sedang promo Rp 10.000/gelas (artinya total Rp 20.000). Di depan penjualnya, saya membuka aplikasi, pencet tombol menu yang ada di pojok kiri atas dan pilih BAYAR TOKO. Akan muncul pilihan nominal kelipatan Rp 100.000. Namun karena saya masih pemain kelas teri, saya pilih JUMLAH LAINNYA dan memasukkan angka Rp 20.000.
Tidak lama, ponsel saya menerima SMS dari Bank Mandiri yang memberitahukan One Time Password (OTP) atau kata sandi sekali pakai berupa ENAM DIGIT ANGKA untuk saya beritahukan kepada penjual. Saat ini saldo belum terpotong, OTP berlaku sampai 15 menit sebelum dipergunakan penjual. Oleh penjual, kode tersebut dicantumkan ke EDC dilanjutkan dengan memasukkan nominal Rp 20.000. Tidak lama kemudian EDC segera mencetak bukti transaksi yang berhasil dilakukan. Ponsel saya kembali mendapatkan SMS dari Bank Mandiri yang mengabarkan bahwa pembayaran telah berhasil lengkap dengan nomor referensi sekaligus mengabarkan sisa saldo.
Di aplikasi, muncul tanda bukti yang bisa dilihat sewaktu-waktu atau langsung di-share ke aplikasi Android yang dimiliki.
Bagi sebagian orang, transaksi ini mungkin terasa simpel dan mudah. Tapi bagi yang belum terbiasa pasti akan kebingungan. Belum lagi rasa percaya bahwa transaksi sudah dilakukan. Kita pun harus me-
refresh aplikasi sebelum tahu saldo terkini setelah transaksi, caranya dengan ditutup kemudian dibuka lagi. Kita pun mendapatkan daftar transaksi apa saja yang sudah dilakukan sehingga bermanfaat untukÂ
laporan ke istrimemantau pengeluaran atau transfer yang sudah dilakukan.
Setiap transaksi yang disentuh akan mengeluarkan bukti transaksi untuk melihat detail seperti waktu maupun tempat transaksi dilakukan. Dengan UU ITE, saya rasa ini akan melindungi konsumen dalam transaksi elektronik. Belanja belanji pun saya lanjutkan. Kali ini mencoba datang ke stan ayam goreng waralaba berinisial KFC (yaelah bro). Saya sudah lapar karena spanduk di kantor memasang gambar Chicken Bucket (ayam dimasukin ember) dan tulisan 50 persen. Ternyata, paket yang dijual hanyalah ayam satu, nasi satu, dikotakin seharga Rp 11.000. Yaudah dijajal aja. Dengan mekanisme serupa, transaksi pun segera dilakukan. Saya kembali ke kantor di Jl Palmerah Selatan seperti anak kecil pulang dari pasar malam dengan dua buah tas plastik berisi jajanan :)
Transfer Okay, harus diakui saya terkesan dengan aplikasi ini. Kagum? engga juga. Aplikasi semacam ini sudah pernah saya lihat sewaktu mengikuti perhelatan FinovateAsia2013, tren pengelolaan keuangan pribadi memang sedang marak. Mengirim uang, memantau dana tersisa, dan mengatur tagihan tidak lagi harus melalui menu yang standar dan bikin mata gerah, tapi aplikasi dengan tampilan yang tidak kalah dengan aplikasi lainnya. MANDIRI E-CASH juga memadukan fungsi tersebut dengan media sosial (tidak sepenuhnya media sosial sih). Kita bisa mengumpulkan teman-teman sesama pengguna aplikasi dengan memindai daftar kontak di telepon. Tujuannya? bisa melihat profil seperti surel maupun nomor telepon (yang seharusnya sudah tersimpan di ponsel. yaelah bro) serta memudahkan bila kita sering transfer-transfer uang. Nah, satu lagi fitur yang bikin penasaran adalah transfer uang. Kebetulan ada teman kantor yang juga sama-sama memasang aplikasi e-cash ini. Saya pun kembali masuk ke menu dan memilih KIRIM E-CASH, akan muncul kolom nomor telepon penerima (ingat, Mandiri e-cash berbasis nomor telepon), atau akun teman yang tersimpan. Di bawahnya, ada jumlah uang yang dikirim.
Biaya Admin, sampai sekarang saya belum menemukan informasi soal ini. Hanya bisa menduga bahwa ini adalah fitur yang akan dikembangkan di masa mendatang. Entah untuk transfer lintas pengguna e-cash atau membayar tagihan macam-macam. Begitu tekan tombol proses, kita akan diminta memasukkan kode PIN serta OTP yang dikirimkan melalui SMS lagi. Satu SMS memberitahukan kode OTP dan satu SMS lagi sebagai konfirmasi bahwa transaksi berhasil dilakukan.
Begitu pencet LANJUT, anda sudah selesai. Uang dikirimkan. Hanya butuh hitungan detik saja sebelum teman saya mengabarkan bahwa uang sudah tiba di rekeningnya dan saldo yang saya miliki telah didebet. Sampai sekarang saya belum mengetahui batas minimal maupun maksimal untuk transfer. Sama seperti transaksi, begitu rampung, muncul struk virtual yang bisa disimpan atau dishare. Aku coba share gambar struk itu via
Whatsapp ke nomor teman saya dan diterima dengan mudah.
Simpel sekali bukan?
Meracau Baiklah, sekadar DISCLAIMER saja, bagian tulisan ini merupakan pemaknaan saya dari pengalaman menggunakan Mandiri e-cash. Mungkin bisa diterapkan, tapi saya belum tahu apakah sudah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang sudah digariskan oleh Bank Mandiri. Baik, ini dia: Menurut saya, fitur ini sungguh membantu usaha kecil untuk bertransaksi tanpa uang fisik. Sebut saja jual beli di forum, sepakat untuk COD atau transaksi tatap muka. Tidak perlu khawatir ada yang mengelabui. Pembeli penjual bertemu, penjual memperlihatkan barang, pembeli mengecek kondisinya. Setelah cocok, barulah pembeli mengirimkan uang melalui e-cash ke penjual dan langsung diterima. Hal ini mengurangi kemungkinan penipuan karena transaksi dilakukan depan mata sehingga tidak perlu lagi curiga. Atau skenario ke dua, toko online yang mengirimkan barangnya ke alamat pemesan. Begitu tiba dan dicek kondisinya, pemesan langsung mentransfer uang ke pembeli atau ke ponsel yang dipersiapkan kepada kurir. Dengan ini, tidak perlu ada yang merasa ditipu dan menghemat banyak bagi pemilik usaha kecil dari pembelian infrastruktur (EDC) dsb. Seseorang bisa membuat warung dadakan dan memasang pengumuman bahwa dia menerima pembayaran Mandiri e-cash melalui transfer. Semua orang pun bisa membeli dengan mudah tanpa harus mengeluarkan dompet atau bingung dengan uang pecahan kecil untuk kembalian. Kembali lagi, ini hanya racauan. Bisa jadi ide saya tidak bisa diterapkan karena ada peraturan dan ketentuan dari Bank Mandiri yang melarang demikian. Tapi bila tidak, sungguh manfaat yang bisa dinikmati segera.
Catatan keciiiiiiiiiiiiiillll Satu hal saja. Mungkin ini yang dikeluhkan paling banyak oleh pengguna jasa ini yakni SMS pemberitahuan dari Bank Mandiri menggunakan tarif
premium yakni Rp 600 per SMS. Jadi untuk setiap transaksi (menerima SMS kode OTP dan satu lagi SMS konfirmasi transaksi) bakal menghabiskan pulsa Rp 1.200 untuk SMS pemberitahuan saja. Ini bakal sedikit merugikan bila kita sering bertransaksi atau jadi komponen biaya dalam berdagang menggunakan Mandiri e-cash. Namun, langkah tersebut dimaklumi, bila menggunakan koneksi GPRS, ada kemungkinan gangguan dan kode OTP tidak sampai. Lagi pula harus memperhatikan pengguna feature phone yang jumlahnya lebih banyak dari pemilik smartphone. Kembali lagi, pilihan ada pada anda. Buat saya, saya akan memanfaatkan fitur ini mumpung lagi banyak diskon. Sesudahnya, mari kita lihat kondisi di lapangan saja.
*Hingga tulisan ini dibuat, Mandiri e-cash baru tersedia untuk wilayah Jabodetabek*Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya