Beberapa waktu belakangan ini, masyarakat Indonesia terutama yang berada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta selalu menyantap berita mengenai Pilgub DKI Jakarta setiap harinya. Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok diangkat sebagai Gubernur DKI Jakarta sebagai pengganti Joko Widodo yang sekarang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Pada Pilkada tahun 2017 mendatang Ahok akan kembali mencalonkan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.Â
Perjalanannya tidak mulus, banyak pro dan kontra dibalik upaya ahok dalam menyalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI masa pemerintahan 2017-2022. Ahok sempat menyalonkan dirinya melalui jalur independen dengan mengumpulkan 1 juta KTP masyarakat DKI Jakarta sebagai salah satu syarat mencalonkan diri melalui jalur tersebut, beliau pun sukses dalam aksinya dan pendukungnya bisa disebut sebagai ‘teman ahok’.Â
Lalu tidak beberapa lama, Ahok pun mengurungkan niatannya tersebut dalam menyalonkan diri di jalur independen, Ahok pun beralih menyalonkan diri melalui partai politik.
Ahok bersama Djarot Saiful Hidayat, mereka adalah Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta diwaktu mendatang, mereka berkolaborasi dalam pencalonan tersebut membawa nama partai PDIP. PDIP menyebut dirinya  sebagai partai pengusung utama pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilgub DKI Jakarta. Meski begitu, sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan tim pemenang akan terintegrasi dengan tiga partai pendukung Ahok sebelumnya.
"Namanya pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol. Ini kan diusung bersama-sama. Bahwa PDIP kursinya lebih banyak, itulah oleh UU disebut sebagai pengusung," ungkap Hasto di Gedung DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (21/9/2016) dini hari.
Selain PDIP sebagai pengusung utama pencalonan pasangan Ahok-Djarot, terdapat tiga partai yang sudah dipegang untuk mendukung Ahok dalam Pilkada 2017 mendatang, ketiga partai tersebut adalah partai Golkar, Nasdem, dan Hanura. Diatas kertas Ahok sementara mendominasi dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta.
Memiliki banyak dukungan bukan berarti Ahok bisa berleha-leha karena sudah terlalu yakin akan terpilihnya sebagai Gubernur, Ahok harus fokus memikirkan kinerjanya jika dia terpilih. Siapapun pemimpinnya haruslah bisa memegang amanah yang telah diberikan, menjadi pemimpin yang bertanggung jawab terhadap rakyat yang di pimpinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H