Mohon tunggu...
didit budi ernanto
didit budi ernanto Mohon Tunggu... Freelancer - menulis kala membutuhkan

(ex) jurnalispreneur...(ex) kolumnispreneur....warungpreneur

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Grab, Si Pengantar Tumpeng Bu Pipin

3 Desember 2019   09:31 Diperbarui: 3 Desember 2019   09:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tumpengnya di-Grab-keun saja." Kalimat tersebut selalu dilontarkan istri penulis ketika ada yang meminta pesanan tumpengnya dikirim ke alamat rumah si pemesan.

Tumpeng Bu Pipin.  Begitulah nama populer tumpeng buatan kami. Nama yang disesuaikan dengan nama istri penulis. Sebenarnya, istri penulis bernama Vivin, namun karena lahir dan tinggal di Bandung, yang terbiasa melafalkan konsonan F/V dengan P maka orang akrab memanggilnya Bu Pipin. Bukan Bu Vivin.

Itu bukan soal. Apalah arti sebuah nama, kata Shakespeare.  Tenar dengan nama Bu Pipin ternyata justru membawa hoki bagi kami.

Muasal kami mulai melayani pesanan tumpeng terjadi secara tak sengaja.  Saat itu, ada mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berniat memesan tumpeng untuk syukuran wisuda. Tentunya saja bBudgetnya disesuaikan dengan  kantong mahasiswa.

Istri penulis lantas menyanggupi membuat pesanan tumpeng dengan harga sesuai budget.  Ternyata, tumpeng buatan istri, bisa diterima selera mahasiswa. Sejak itulah, secara gethok tular Tumpeng Bu Pipin semakin dikenal hingga  order tumpeng  rutin kami terima dari sivitas akademi ITB.

Di rumah, kami memang membuka warung sederhana yang menjual menu makanan  yang diperuntukkan bagi mahasiswa. Kebetulan rumah kami berdekatan dengan Asrama Sangkuriang di Jalan Sangkuriang Bandung yang dihuni mahasiswa program Bidik Misi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan kos-kosan mahasiswa. Oleh karenanya, harga makanan yang kami upayakan sesuai  kantong mereka.

"Warung Kadugi", begitulah nama warung kami. Kurang lebih artinya adalah warung yang harganya terjangkau.  Meski murah, rasa makanan tetap kami upayakan sesuai cita rasa selera konsumen sehingga warung kami selalu laris manis.

Kini, tumpeng bisa dibilang sebagai salah satu menu makanan andalan  di warung kami. Tentu saja, tumpeng yang dibuat hanya berdasarkan  pesanan.

Setiap bulan April, Juli serta Oktober pesanan tumpeng biasanya mencapai puncaknya. Di bulan-bulan tersebut, merupakan saatnya  wisuda ITB. Saat wisuda, biasanya, adik  tingkat  tasyakuran untuk kakak tingkat yang diwisuda. Selain itu,  saat banyak  acara di unit kegiatan mahasiswa (UKM) ITB juga merupakan puncak bagi penjualan tumpeng kami.

Di saat puncak, pernah ada pesanan 10 tumpeng dalam sehari. Rerata, saat puncak setiap hari kami bisa menerima order antara 3 tumpeng hingga 5 tumpeng.

Pangsa pasar kami memang masih didominasi sivitas akademi ITB. Sementara pesanan dari nonmahasiswa ITB mulai terus tumbuh, walau belum sebanyak pangsa pasar dari kalangan mahasiswa ITB.

Sejak memiliki usaha membuat  tumpeng sekitar 4 tahun silam, interaksi penulis dengan layanan Grab memang kian intens. Terlebih seiring berjalannya waktu pesanan tumpeng semakin banyak. Ketiadaan  mobil pribadi yang kami miliki, bukan kendala pengantaran  tumpeng ke konsumen. Kami sangat terbantu oleh keberadaan Grab. Itulah sebabnya, aplikasi "Super App" Grab sudah kami unduh di telepon seluler kami.  

Aplikasi Grab yang kami siapkan bilamana si pemesan tumpeng, tidak membawa mobil untuk mengambil tumpeng pesanannya. Maka, kami-lah yang mengorder layanan GrabCar-nya. Layanan GrabCar kami pilih karena mobilitas armadanya sangat tinggi termasuk hilir mudik di kawasan kami tinggal, sehingga kami tidak perlu menunggu waktu lama.

Tetapi, kebanyakan bukan kami yang mengorder GrabCar. Karena ternyata,   si pemesan sendiri yang mengorder Grab melalui telepon seluler miliknya. Ini membuktikan  Grab memang "Aplikasi Untuk Semua".

Tak bisa dibayangkan betapa repotnya mengantar tumpeng ke pemesan jika tidak ada Grab. Sebagai gambaran berat satu tumpeng minimal kurang lebih 7 kg dengan porsi terkecil yakni untuk 10 orang. Berat tumpeng itu terdiri dari nasi berikut lauk pauknya yakni perkedel, urap, ayam, dan tempe kering.

Sementara rata-rata 1 orang biasanya pesan antara 2 tumpeng-3 tumpeng. Mulai dari tumpeng 10 porsi sampai 25 porsi. Dengan layanan GrabCar yang selayaknya mobil pribadi, semua tumpeng bisa diangkut tanpa  kuatir  risiko tumpeng hancur atau rusak selama di perjalanan. Memang dibutuhkan perlakuan khusus dan hati-hati dalam pengantaran tumpeng.

Dan, syarat itu ternyata mampu dipenuhi oleh pengemudi GrabCar.  Karena sampai sekarang tidak ada konsumen  mengadu gunungan tumpengnya roboh saat diantar menggunakan GrabCar.

Itu sudah cukup membuktikan bahwa selama di perjalanan menggunakan GrabCar, tumpeng diperlakukan istimewa dan hati-hati. Pengemudi GrabCar #SelaluBisa mengemban kepercayaan mengantarkan tumpeng hingga ke tempat tujuan si pemesan.

Suatu ketika ada seorang ibu mau mengambil tumpeng pesanannya. Si ibu termangu dan kebingungan melihat ukuran  tumpeng yang diluar ekspetasinya. "Saya kira tumpengnya kecil. Jadi bisa dibawa pakai sepeda motor," ujar si ibu kebingungan.

Rupanya si ibu sudah terlanjur order ojek online yaitu GrabBike. Usulan kami supaya si ibu membawa tumpeng dengan GrabCar ditampiknya. Alasannya, rumahnya tidak terlalu jauh dari warung kami.

Si ibu bersikukuh naik ojek online yang sudah dipesannya. Benar saja perkiraan kami, pengemudi GrabBike sempat kebingungan ketika melihat si ibu membawa tumpeng.  Karena memberikan garansi semua risiko di perjalanan ditanggungnya, barulah si ibu  diantarkan.

Beruntung rumah si pemesan tidak jauh. Pun selama diperjalanan sepeda motor dikendarai secara cermat dan hati-hati. Sehingga jadilah, meski menggunakan  GrabBike, pemesan berikut tumpengnya  tidak ambyar di tengah jalan.  Lagi-lagi itu bukti bahwa Grab memang #SelaluBisa memberi layanan terbaik.

Sebenarnya, tak hanya urusan pengantaran tumpeng yang membuat kami mengakses layanan Grab. Layanan GrabCar dan GrabBike menjadi pilihan  kami sekeluarga untuk urusan yang bersifat personal. GrabCar menjadi pilihan saat jalan-jalan bersama keluarga maupun mengantar si bungsu kuliah.

Pun layanan   GrabFood dimanfaatkan si bungsu untuk memesan makanan yang tidak ada di warung kami. Biarpun membuka warung, tapi kadang kala kami memang tetap mencari menu makanan lain seperti yang ditawarkan melalui layanan GrabFood. Pendek kata, layanan Grab memang sudah tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari kami dan keluarga. Grab memang #AplikasiUntukSemua.

Terimakasih, haturnuhun Grab yang menjadi salah satu faktor pendukung  penting hingga usaha kami terus bertumbuhnya seperti sekarang ini, yakni usaha Tumpeng Bu Pipin.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun