Mohon tunggu...
Didi Suheri
Didi Suheri Mohon Tunggu... Penulis - Pemimpin Revolusi domba-domba ceking dan lusuh.

Ketika tanganmu ingin menulis maka tuliskanlah karena saat itu Tuhan ingin bercerita denganmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Indonesia "Gila"

17 Mei 2019   08:22 Diperbarui: 17 Mei 2019   08:31 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada kata yang lebih bermakna saat ini
Kata-kata perjuangan, keadilan hanya menjadi sebuah retorika belaka
Tak memiliki esensi sebagai tujuan perjuangan

Keringat para petani, buruh, pedagang kaki lima, kaum miskin kota
Seharusnya menjadi bahan bakar perjuangan

Kemiskinan, pengangguran menjadi pemandangan
Yang sangat jauh dari estetika sebuah negara yang kaya
Ekonomi adalah faktor yang mendasari kesejahteraan umat manusia
Ekonomi sebagai pondasi dan pendidikan sebagai bangunan

Ormas-ormas yang berbasis agama sibuk membela tuhannya
Padahal tuhan sendiri tidak perlu di bela
Tuhan tidak membutuhkan manusia
Manusialah yang membutuhkan-Nya

Ayat-ayat Al-Qur'an di komersialisasikan oleh para pendakwah
Orang-orang seperti itu selalu berlindung dalam jubah agama
Jangan jadikan Agama sebagai instrument untuk menindas !!!!

Sudah cukup rakyat Indonesia menahan perihnya  di jajah oleh Negara Imprealis
Tahun 1945 Indonesia merdeka............... merdeka !!!

Kata merdeka bukan sebagai penghibur lara
Tetapi kata yang penuh dengan makna perjuangan

Janda-janda tua dan kusam yang telah ditinggal mati para suaminya
Sudah saatnya merasakan sentuhan cahaya dari timur

Cahaya yang dinanti tak pernah hinggap
Entah kenapa, ataukah mungkin tembok tebal menghalanginya

Bunga-bunya cantik dalam lemari
Tak akan hidup, karena jauh dari sang surya
Nasib-nasib serupa akan terjadi pada rakyat Indonesia
Selama ketidakadilan, penindasan, tiran yang dzalim
Masih bercokol dibumi pertiiwi ini.

Kemiskinan bukan hanya menjadi tanggung jawab negara
Tetapi tanggung jawab seluruh insan yang berfikir
Indonesia menggila rakyatnyapun ikut gila
Ibu pertiwi menangis berlinangan air mata
Menyaksikan kegilaan yang begitu gila

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun