Pentingnya Literasi dalam Membangun Generasi Berdaya Saing Global
Di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi, literasi menjadi salah satu pilar utama dalam membangun masyarakat yang maju dan berdaya saing. Literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi mencakup pemahaman, analisis kritis, hingga kemampuan menggunakan informasi untuk menciptakan solusi kreatif. Namun, di Indonesia, tantangan besar masih menghadang. Rendahnya tingkat literasi di kalangan masyarakat menjadi cerminan dari kesenjangan antara kebutuhan zaman dan kesiapan individu untuk menghadapinya.
Menurut survei Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia sering menempati peringkat bawah dalam hal literasi membaca. Hal ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam sistem pendidikan, khususnya terkait cara pembelajaran yang belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan modern. Siswa sering kali diarahkan untuk menghafal daripada memahami. Padahal, era saat ini menuntut kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk dapat bersaing di tingkat global.
Sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), saya merasa bahwa masalah ini adalah tantangan besar yang membutuhkan perhatian serius. Generasi muda harus dipersiapkan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan kemampuan literasi yang kuat, baik secara tekstual maupun digital. Literasi bukan hanya alat untuk memahami dunia, tetapi juga sarana untuk membangun karakter individu.
Adapun Peran Literasi dalam Pembentukan Karakter, di era digital, banjir informasi sering kali membuat masyarakat sulit membedakan mana informasi yang valid dan mana yang menyesatkan. Literasi menjadi filter utama untuk memilah informasi, sehingga masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh berita bohong atau propaganda yang merugikan. Dalam hal ini, literasi juga berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab dalam menyerap serta menyebarkan informasi.
Namun, literasi tidak hanya soal kemampuan intelektual, tetapi juga pembentukan karakter. Nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, seperti mandiri, kreatif, dan berakhlak mulia, bisa diintegrasikan dalam pendidikan literasi. Contohnya, siswa diajarkan untuk membaca karya sastra yang mengandung nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. Karya sastra seperti novel, cerpen, atau puisi mampu mengasah empati, menumbuhkan rasa cinta tanah air, serta memperkaya wawasan.
Selain itu ada tantangan dan Solusi yang dihadapai
Salah satu tantangan terbesar dalam membangun budaya literasi di Indonesia adalah minimnya akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas. Di daerah-daerah terpencil, perpustakaan sering kali tidak tersedia, sementara di kota-kota besar, minat baca masyarakat masih rendah. Di sinilah teknologi dapat memainkan peran penting. Pemanfaatan e-book, aplikasi membaca, hingga platform digital seperti audiobook dapat menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.
Selain itu, cara pembelajaran di sekolah juga perlu diubah. Guru tidak lagi hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan. Kegiatan seperti diskusi buku, penulisan kreatif, atau pementasan karya sastra bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan minat baca dan literasi siswa.
Sebagai mahasiswa PBSI, saya merasa terpanggil untuk turut berkontribusi dalam membangun budaya literasi. Langkah sederhana, seperti menginisiasi gerakan membaca di lingkungan kampus atau menyelenggarakan diskusi sastra, dapat memberikan dampak yang signifikan. Selain itu, saya juga percaya bahwa menulis adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kesadaran literasi. Dengan menulis, seseorang tidak hanya melatih kemampuan berpikir logis, tetapi juga mengasah kreativitas dan empati.
Harapan untuk Masa Depan