Mohon tunggu...
Didi Prianto
Didi Prianto Mohon Tunggu... -

Akhir-akhir ini mencoba mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Firaun Mati Malaekat Menari

25 Februari 2010   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika Musa dan bani Israel telah menyeberang Laut Merah dan Firaun serta tentaranya mati tenggelam, Miryam (Kakak Musa), bersama dengan beberapa wanita, menyanyi dan menari memuji Yahweh. Melihat bani Israel bersukacita sedemikian besar, beberapa malaekat ikut menari. Tiba-tiba,Yahweh menegur mereka, "Ngapain kalian ini?"

"Kami bersukacita bersama dengan umat-Mu," jawab mereka. "Ka- rena Tuhan telah melepaskan mereka dari musuh mereka yaitu Firaun dan tentaranya."

"Umat-Ku?" tanya Yahweh. "Siapa umat-Ku?"

"Bani Israel adalah umat-Mu".

"Kalian pikir bahwa Firaun itu bukan umat-Ku? Siapa yang menjadikan Firaun? Aku. Siapa yang mengangkat dia menjadi raja? Aku. Kalian pikir Aku menghukum Firaun dengan suka hati? Kalian tidak sepatutnya bertindak seperti itu".

Kisah ini tidak tertulis di dalam Alkitab. Namun, kisah ini diturunkan dari generasi ke generasi melalui bahasa tutur. Demikian yang pernah saya baca.

Israel memang adalah umat pilihan, tetapi bangsa-bangsa lain adalah umat Tuhan juga. Jika suatu bangsa mengalami ‘hukuman', Tuhan tidaklah menghukum dengan suka hati. Ketika Tuhan menghukum bumi dengan air bah pada jaman Nabi Nuh, misalnya, atau ketika Tuhan menghukum Sodom dan Gomora dengan api pada jaman Lut, Tuhan merasa sedih karena kejahatan manusia sudah sampai puncaknya.

Ketika bangsa Indonesia mengalami berbagai ‘musibah' hendaknya hal ini membuat kita introspeksi, bertobat (dari tindak korupsi, anarkhi, fitnah, dll) dan semakin mendekatkan diri pada Tuhan.

Malaikat tidak lagi akan menari ketika seorang pendosa binasa, tetapi mereka akan menari jika sang pendosa bertobat dari jalan-jalannya yang sesat. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun