Mohon tunggu...
Dinda Kirana
Dinda Kirana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memahami Pernyataan Akom dengan Logika yang Benar

29 April 2016   15:22 Diperbarui: 29 April 2016   15:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada suatu kesempatan Ketua DPR RI Ade Komaruddin atau yang kita akrab dengan nama Akom, tentang perlunya sebuah persatuan, keharmonisan, dan solidaritas. Karena hanya dengan itulah sebuah partai yang kaut dapat dibangun, dan kemenangan dapat diperoleh dengan mudah. Tanpa persatuan atau yang oleh Sosiolog kondang dalam dunia muslim Ibnu khaldun disebut sebagai “Asshabiyah”.Yaitu sebuah kekuatan yang lahir dari kekuatan persaudaraan dan kekeluargaan, dan hal seperti nilah yang ingin diciptakan oleh Akom dalam partai yang berlambang pohon beringin tersebut.

Sehingga dengan harapan tersebut, Akom menyatakan maju sebagai calon ketua umum DPP Partai Golkar, agar dengan mudah ia melakukan jihad politiknya membangun partai yang membesarkan namanya, juga dapat memudahkan teraktualisasikannya segala ijtihad-ijtihad politiknya untuk negara dan rakyata Indonesia. Dan dengan gagasan persatuan dan persaudara tersebut, membuat Akom geram jika terjadi diskriminasi dan atau ada kader yang dihalangi lakah perjuangannya.

Dengan demikian, dengan momentum Munaslub DPP Partai Golkar yang akan diselenggarakan 23-26 Mei 2016 yang bertempat di Bali mendatang, Akom mengharapkan menjadi momentum rekonsiliasi yang berkeadilan bagi seluruh kader-kader Partai Golkar. Akom ingin bahwa “tidak ada kader yang merasa menjadi anak tiri” atau merasa paling tuan rumah di dalam Partai Golkar.

“Semuanya adalah keluarga besar Partai Golkar, semuanya bersaudara, tidak boleh ada satupun yang merasa terbuang dan dianaktirikan dan juga tidak boleh merasa yang paling dianakemaskan oleh partai ini," tegas Akom.

Namun muncul reaksi emosional dan frontal dari Ketua Steering Committee Munaslub Golkar Nurdin Halid, atas keinginan, harapan dan seruan Akom tersebut. Nurdin menilai pernyataan Akom tersebtu bisa memperkeruh suasana kondusif jelang pelaksanaan Munaslub Mei mendatang. Dia mengingatkan Akom untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan hal yang tidak produktif.

"Calon ketua umum tidak usah lempar pernyataan yang bisa menimbulkan hal-hal yang tidak produktif. Artinya jangan memperkeruh suasana. Bertarung secara sehat, jangan saling fitnah," jelas Nurdin.

Secara logika, jika menilai dari apa yang ditanggapi oleh Nurdin Halid tersebut, dapat dibaca bahwa dia merasa sangat “tersinggung” dan “emosional”. Dia tersinggung mungkin karena hal yang disampaikan Akom itu menyangukut hal yang dia perbuat, entah hal itu apa, hanya Nurdin yang tahu. Tapi jika memang itu bukan menyangkut Nurdin maka tidak semestinya dia merasa tersinggung tengan seruan Akom untuk berlaku adil dan bersatu terhadap kader-kader Partai Golkar.

Lalu kenapa pula Nurdin merasa emosi dengan seruan yang baik seperti itu, bukankah seruan yang baik adalah anjuran partai, anjuran Agama dan anjuran Tuhan, bahwa hal yang baik memang harus disampaikan, hal-hal baik untuk memperkuar barisan, merapatkan shaff, mempererat persaudaraan dan berlaku adil kepada siapapun. Jika Nurdin merasa emosi dengan seruan baik yang Akom lakukan sepert ini, berarti ada yang salah dengan pola pikir dan hati nurani Nurdin.

Seharusnya seruan yang baik sebagaimana yang Akom lakukan tersebut, harus didukung dan disuport oleh semua pihak yang menginginkan Partai Golkar keluar dari segala masalahnya dan dapat meraih kemenangan yang lebih baik di hari esok. Bukan sebaliknya dinilai tidak buruk apa lagi menunjukkan sikap yang emosional. Jika dalam sebuah majelis Jum’at, ada orang yang emosi dengan ceramah Agama tentang ayat-ayat Tuhan di atas mimbar khutbah, maka dapat dipastikan orang demikian sedang mengalami gangguan mental. Penulis tidak bermaksud mengatakan hal yang sama pada Nurdin Halid, tetapi mungkin dia emosi atas nasehat-nasehat baik dari Akom tersebut karena kelelahan dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua Panitia Pengarah Munaslub Golkar sehingga dia sangat sensi hehe…

Agar dapat memahami seruan baik sebagaimana yang Akom sampaikan di atas, harus dengan pemahaman yang baik dan pikiran yang baik, sehingga dengan demikian kebaikan-kebaikana yang di sampaikan dapat di fahami dan dimaknai dengan baik pula. Pada intinya, Akom menginginkan persatuan, kesatuan, persaudaraan, kerjasama, dan kekeluargaan dapat terjalin dengan baik dalam partai Golkar. Membuang jauh-jauh pikiran dikotomi terhadap kader, membuang jauh-jauh sikap diskriminatif dan ketidak adilan terhadap kader, dan memperlakukan semuanya dengan adil dan bijaksana.

Hal sepeti inilah yang harus di bangun di partai Golkar. Jangan menggunakan logika terbalik, bahwa ketika Akom menyatakan demikian lantas dinilai bahwa ada perilaku diskriminatif, ada tindakan yang tidak adil dan ada kader yang dianak tirikan. Bukan berarti ketika Presiden Jokowi mengatakan “kita harus tingkatkan pembangungan” lantas di nilai bahwa Indonesia mengalami kemunduran pembangunan. Tetapi apa yang dikatakan Jokowi tersebut bagian dari mitivasi, seruan yang baik, nasehat dan harapan. Hal yang sama juga demikian di maksud pada apa yang menjadi poin dalam pernayataan Akom yang membuat Nurdin emosi. Hihihi Aneh !.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun