Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pancasila: Tafsir Ideologi Negara Paling Relevan

28 Januari 2022   08:56 Diperbarui: 28 Januari 2022   09:08 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ialah 'Ketuhanan Yang Maha Esa'. Sedari awal, keberaada an peradaban manusia yang mendiami  tanah air ini, sejak era kerajaaan-kerajaan Nusantara, era-era penjajahan hingga era dimana manusia Indonesia akhirnya bisa membentuk kembali negara yang berdaulat adalah karena rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Maka mulai dari sila kelima hingga sila kedua, muara dari ide dasar negara adalah di sila pertama Pancasila. Jika di sila kedua menginginkan rakyat Indonesia bisa adil dan beradab, maka, kuncinya kita semua harus mengetahui hubungan kita dengan sang pencipta. 

Konsepsi negara yang memasukkan Tuhan dalam dasar pendirian negara ini bukan saja hanya untuk mengakomodir berbagai agama. 

Bukan pula hanya untuk membentengi tuduhan negara sekuler. Budaya masyarakat Indonesia dalam meyakini kuasa sang penciptanya telah ada bahkan sebelum masuknya agama-agama yang sah sekarang ke negeri ini.

Keyakinan adanya sang pencipta Yang Maha Esa tersebut telah lazim diyakini oleh masyarakat Indonesia. Dengan mengenal ke-Esa-an sang pencipta, maka manusia akan mengenal tugasnya. Kenapa kita ditugaskan di bumi ini. Apakah hanya untuk menikmati segala kekayaan alam dan kemenangan perangkah? Tentu saja buka. Selain sebagai hamba untuk Tuhan, manusia sejatinya memiliki peran sebagai pemimpin untuk alam sekitarnya. Tanah, air dan udara yang diamanahkan di bumi Nusantara ini selayaknya dikelola secara bijaksana.

Dengan sila pertama ini, rakyat Indonesia dijamin kebebasannya untuk memilih agama dan meyakini Tuhan-nya. Setiap rakyat yang masih meyakini Tuhan, ia pasti akan sadar akan kelemahannya sebagai manusia. Negara pun akan damai jika manusianya menjalankan aturan agamanya masing-masing. 

Karena setiap agama pasti menganjurkan penganutnya untuk menjadi manusia yang beradab. Sila pertama ini ada bukan bermaksud menjadikan negara ini menjadi negara agama. Namun negara yang menjamin rakyatnya ber-Tuhan dan beragama. Negara yang tak melepaskan kuasa Tuhan bagi keberlangsungan negara.

Untuk terus menjaga keutuhan dan kebangkitan negara ini di masa depan, sebenarnya di negeri ini perlu dibuatkan sebuah majelis atau lembaga tinggi negara khusus bagi para pemimpin agama-agama yang telah teruji sebagai negarawan. Misalkan bernama Lembaga Tata Agama Negara. Merka bukan dibawah kementrian agama. Melain merekalah yang merumuskan kerja kementrian agama. 

Majelis ini setara dengan kepala negara dan dapat saling bekerjasam dalam menjaga perdamaian. Mereka yang sudah terbukti dalam menghayati serta mengimplementasikan sila pertama Pancasila dalam hidupnya. 

Majelis pemimpin agama-agama yang ada di negeri ini memiliki tugas khusus untuk membantu penyelenggara negara. Karena pada dasarnya, doktrin yang disampaikan para pemuka agama akan lebih cepat diyakini dan dilaksanakan oleh umatnya. 

Maka pemimpin agama dan pemimpin negara harus selalu beriringan untuk bersinergi dalam mencapai tujuan bernegara dan beragama secara damai dan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun