“Satu tahun mengajar, seumur hidup menginspirasi”. Kalimat tersebut merupakan motto dari gerakan Indonesia Mengajar, sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan. Setiap tahunnya, Indonesia Mengajar mengirimkan para sarjana muda terbaik pilihannya untuk mengisi kekosongan guru di pelosok desa dan memberikan pengalaman kepada mereka untuk hidup bersama masyarakat yang jauh dari hingar bingar kota, tanpa listrik bahkan tanpa sinyal telephon.
Dibalik program ini, terdapat sebuah nama yang merupakan pelopor sekaligus ketua dari gerakan Indonesia Mengajar yaitu Anies Rasyid Baswedan. Berbagai kiprahnya telah menjadi sorotan baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satunya, Anies Rasyid Baswedan atau biasa disapa Anies termasuk salah satu tokoh dari 20 orang yang berpengaruh untuk 20 tahun yang akan datang versi majalah Forsight, Jepang.
Kesan pertama yang nampak dari sosoknya adalah berjiwa muda dan visioner. Hal ini nampak saat para peserta Indonesia Bangun Desa berkesempatan mengunjungi kantor Indonesia Mengajar di jalan Galuh no 2 Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Jum’at 7 Juni 2013. “Berbicara tentang Indonesia hari ini, terdapat seribu satu masalah. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan yang lainnya. Tetapi yang berani untuk berbuat sesuatu yang positif untuk bangsa ini baru bisa dihitung dengan jari. Dan salah satu diantaranya adalah kalian, para peserta Indonesia Bangun Desa”, ucapnya saat mengawali pertemuan. Oleh karena itu, Anies mengajak untuk bersyukur bahwa para peserta IBD adalah orang terpilih untuk ikut serta berkontribusi dalam memperbaiki bangsa.
Anies yang sekaligus rektor universitas Paramadina ini kemudian menjelaskan kenapa permasalahan di Indonesia tak kunjung selesai. Jawabannya sederhana, yaitu banyak permasalahan yang ada, di dekati sebagai program bukan gerakan. Akibatnya, permasalahan dianggap sebagai persoalan pengelola program semata, bukan masyarakat yang notabene pemilik permasalahan. Oleh karena itu, pendekatan gerakan menjadi kunci bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada dikelola secara baik. Sehingga, kepemilikan atas masalah menjadi milik bersama dan merupakan tanggungjawab setiap orang.
Anies mencontohkan bagaimana peran Indonesia Mengajar yang ia pimpin. “Indonesia Mengajar hadir bukan berencana untuk menyelesaikan semua persoalan pendidikan di Indonesia, tetapi mengajak semua pihak untuk ikut serta turun tangan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”, ucapnya.
Tunjukkan Pesona
Selain problem mindset dalam mengelola masalah bangsa, Anies juga menyoroti pentingnya penampilan para peserta IBD dalam memainkan peran ditengah-tengah masyarakat. Hal ini diawali dari pengenalan identitas kepada masyarakat. “Ide boleh rumit tapi ekspresi harus sederhana”, tuturnya. Oleh karena itu, Anis memberikan usulan, buatlah identitas pengenal para peserta IBD yang lebih sederhana. Menurutnya, kata-kata seperti agropreneur terlalu melangit sehingga tak mudah dipahami oleh masyarakat desa.
Selain itu, Anies juga menyarankan agar ketika masuk ke desa berilah kesan positif kepada masyarakat setempat. Datang penuh keceriaan dan penuh rendah hati. Datang bukan menggurui tetapi untuk belajar. Selanjutnya, berkenalanlah dengan tokoh-tokoh masyarakat, mulai dari kepala desa, kepala dusun, RT, tokoh ulama atau yang berpengaruh dilingkungan masyarakat desa. Ketika ada undangan datang, ketika kerja bakti ikut, karena itu adalah salah satu cara agar bisa diterima oleh masyarakat. Sebaliknya, jika kita ekslusif maka masyarakat secara langsung maupun tidak akan menjauhi kita. Akibatnya, program-program yang akan kita lakukan bisa jadi tidak berjalan sesuai rencana.
Gali Inspirasi dan Sebarkan
Desa dan masyarakat bukan berarti merupakan tempat dan masyarakat yang terbelakang sehingga jauh dari nilai-nilai positif yang bisa kita dapat. Justru ketika kita berinteraksi akan ada banyak inspirasi yang bisa kita peroleh. Masyarakat desa justru merupakan bagian dari orang-orang yang tidak turut mengeroposkan bangsa. Mereka hadir bukan sebagai bagian dari yang ditangkap oleh KPK tetapi mereka ada dibalik layar-layar utama yang menguatkan tenun kebangsaan kita. Oleh karena itu, kita yang sudah melek dengan informasi, diharapkan menjadi wakil yang menyebarkan informasi kepada masyarakat luas bahwa dinegeri ini masih banyak orang-orang hebat. Angin segar optimisme masih ada di setiap langkah masyarakat desa yang jauh dari ingar-bingar kehidupan modern.
Menutup silaturrahim para peserta IBD ini, Anies mengatakan, “baik Indonesia Bangun Desa maupun Indonesia Mengajar adalah sama-sama bergerak dalam medan perjuangan panjang untuk berbuat sesuatu untuk negeri ini. Minimal pada tahun 2045 janji-janji kemerdekaan sudah terlunasi oleh setiap anak bangsa dan tidak ada lagi kata-kata maaf. Maaf anda belum tercerdaskan, maaf anda belum tersejahterakan dan maaf anda belum terlindungi”, ucapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H