Judul tulisan diatas mungkin agak aneh. Bukan berarti mahasiswa layaknya kupu-kupu. Dan bukan pula mahasiswa yang bergaya kupu-kupu. Namun, yang dimaksud dengan kupu-kupu adalah kependekan dari kuliah pulang-kuliah pulang (kupu-kupu). Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan mahasiswa kupu-kupu tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan mahasiswa kupu-kupu tersebut adalah sebuah sebutan bagi para mahasiswa yang menghabiskan waktunya sebatas rutinitas kuliah pagi lalu sore pulang. Rutinitas yang monoton. Aktivitas yang hanya dihabiskan hanya untuk kuliah lalu pulang. Tidak ada aktivitas lain, misalnya ikut organisasi, hanya itu tho.
Mahasiswa kupu-kupu ini hanya bergelut seputar kuliah saja. Rajin mengerjakan tugas dari dosen. Tingkat kehadiran seratus persen. Alhasil, nilai bagus adalah orientasinya dan cepat lulus plus tambahannya.
Mahasiswa seperti ini biasanya “alergi” dengan organisasi. Dia menganggap bahwa ketika terjun berorganisasi maka akan berdampak kepada tingkat akademik (nilai) yang menurun. Dan dia juga menganggap bahwa organisasi adalah pemecah dari tidak fokusnya kuliah. Bahkan dia menganggap bahwa organisasi adalah “biang keladi” dari munculnya Mahasiswa Abadi (MA) yang ada dilingkungan kampus.
Seperti itulah realitas, gambaran dari alasan-alasan yang ditangkap oleh penulis kenapa minat berorganisasi menjadi menurun dikalangan para mahasiswa. Penulis menanggapi bahwa mahasiswa tipe kupu-kupu ini adalah mahasiswa yang punya pikiran sempit dan kerdil. Betapa tidak organisasi yang sejatinya adalah wahana untuk kita mengaktualisasi diri, dianggap oleh sebagian mahasiwa sebagai pemicu terjadinya disorientasi kuliah.
Padahal penulis menyadari bahwa kapan lagi saatnya kita mengaktualisasikan diri kita ketika masa kuliah. Masa dimana jiwa muda dan kreatifitas kita sedang dalam keadaan on fayer. Dan masa dimana kita hendaknya membangun relasi, link dan sahabat baru. Implikasinya kita mendapat dan mempunyai teman banyak yang dikemudian hari akan sangat bermanfaat. Dan satu lagi kita tidak bakalan kuper.
Sebaliknya mereka yang tidak ikut berorganisasi justru menjadi kuper dan hanya punya teman yang itu-itu saja (II5). Selain itu mental muda dan kreatifitas justru dibonsai atau kalau tidak saya sebut dibunuh oleh kita sendiri. Sayang seribu kali sayang…….
Terakhir, kita hanya bisa memilih…. Pilih mana ???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H