Mohon tunggu...
Didik Teguh R
Didik Teguh R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PLTU Jepang, Tak Seajaib Doraemon

2 April 2017   14:08 Diperbarui: 4 April 2017   17:40 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisruh Mega proyek PLTU Jepang di Kabupaten Batang, Jawa Tengah tampaknya masih terus mewarnai tahun 2017 ini. Sebagai warga ber KTP Batang,  saya sering dengar ribut ribut Mega Proyek senilai Rp 60 Triliunan itu. Proyek garapan konsorsium perusahaan Jepang, J POWER dan ITOCHU serta PT Adaro Power, sejak awal memang tak seasyiik film kartun Doraemon kesukaan anak saya. Anda suka nonton Doraemon juga ??

Asyiiknya baling baling bambu dan kantong ajaib Doraemon mungkin memang hanya di layar TV.  Meski sama sama dari Negeri Sakura, tentu beda lah soal PLTU dan Doraemon. Bahkan, soal PLTU kerap menyuguhkan episode menyedihkan, ketimbang hiburanya. Lihat saja, proses  pengadaan dan pembebasan lahan seluas 226 hektar di kawasan Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban. Soalnya, sebagian besar lahan itu milik warga petani. Ada sawah subur seluas 124,5 hektar dan perkebunan melati 20 hektar yang jadi andalan nafkah ratusan petani dan buruh tani.

Selain itu, lokasi pabrik setrum itu masuk Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujungnegoro - Roban, yang jadi sumber nafkah ratusan kaum nelayan. Wajar, kalau petani dan nelayan khawatir dan cemas. Ini urusan sandang pangan mereka. Tak pelak, tak terhitung ujuk rasa aneka warna digelar. Mulai dari lokasi PLTU sampai istana Presiden..

Proses pengadaan lahan itu banyak menyuguhkan kejadian menyedihkan, menegangkan, menyenangkan, unik, menarik. Campur baur menguras perasaan, pikiran, tenaga serta duit. Meski tak jarang diselipi adegan menghibur dan kekonyolan. Masih ingat sepanjang 5 tahun masa jabatan Bupati Batang Yoyok Rio Sudibyo ?. Heemm, Bisa bertele tele jika dibeber.

Proyek pabrik setrum berdaya 2 x 1.000 MW yang dikomandani  Presiden Direktur BPI Takashi Irie ini didanai Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Seingat saya, mulai dicanangkan sekitar 2011, diakhir jabatan Bupati Batang Bambang Bintoro. Selanjutnya, dijaman Bupati Yoyok Rio Sudibyo,  proyek bisnis setrum ini tambah heboh saja. Hingga lengsernya Bupati Yoyok, soal pembebasan lahan proyek pabrik listrik belum juga kelar.

Yang jelas, mimpi jualan setrum listrik antara konsorsium perusahaan Jepang dengan PT PLN terus saja menuai masalah. Mulai dari ruwetnya aturan hukum, tata ruang wilayah, lingkungan hidup, nasib mata pencaharian petani dan nelayan sampai soal social, soal Investasi, ekonomi politik. Kompleks !

Penolakan terhadap Mega Proyek PLTU dilakukan warga mulai dari bentuk protes di lokasi tapak PLTU, Pemkab Batang, DPRD, Propinsi Jawa Tengah, Kedutaan Jepang, hingga Istana Negara. Juga sempat muncul aksi pro PLTU di Batang. Penangkapan terhadap petani dan aduan ke Komnas HAM. Rentetan episode PLTU, kasat mata, tampak keterlibatan LSM lokal, nasional maupun internasional. Juga keterlibatan aparat TNI/Polri maupun ASN. Heem, jangan lupa, ada juga intimidasi plus pengkondisian ataupun bagi bagi jatah kue dorayaki yang lezat.  Tentu bukan gratis dari kantong ajaibnya Doraemon. Pokoknya, Komplit lah….

Tak sekedar soal pro kontra, juga muncul calo makelar lahan, perbedaan harga lahan, rebutan pekerjaan proyek infrastruktur serta kerusakan rumah dan matinya ternak ayam warga Kenconorejo akibat pemasangan tiang proyek PLTU. Ada juga aduan soal harga lahan ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Tak pelak, Mega proyek bisnis listrik terbesar di Asia ini makin ruwet saja. Saya juga curiga, nilai proyek raksasa di kisaran Rp 60 Triliun ini, tentunya bisa membuat banyak mata melotot. Itulah, kelebat bayangan tumpukan duit memang menrik.  Lebih ajaib dari baling baling bambunya Doraemon !

Soal PLTU, sejatinya Ganjar Pranowo sampai Presiden Jokowi sudah campur tangan cari solusi. Bahkan, Jokowi serta sejumlah menterinya sudah datang ke lokasi PLTU Jepang di Kabupaten Batang, namun mega proyek ini tampaknya masih banyak kendala. Kisruhnya seolah tak berujung pangkal. Berbilang tahun, Pro dan kontra terus mewarnai proyek bisnis setrum listrik. Banyak pihak, banyak aspek, banyak kepentingan. Entah, sengaja atau kebetulan saja ??

Bisnis, terkadang memang misterius. Tak jelas, siapa untung dan siapa buntung. Tentu saja, tak segampang Doraemon yang punya kantong ajaib dan pintu mesin waktu yang bisa membebaskan Nobita dari setiap persoalan. Yaa, Kita tunggu saja episod selanjutnya di April 2017 ini. Tentu saja, jangan lupa sambil sesekali nonton film Doraemon lho…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun