Mohon tunggu...
Y TRI MUJIADI PUTRANTO
Y TRI MUJIADI PUTRANTO Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - *)Forex Smart Indonesia Trading Company || https://www.forexobos.org || foto profil by : Mediaa Noverita

Forex Trader, Media Planner || Programmer tinggal di Jogja Berhati Nyaman || GUDANG LABA ENTERPRISE | https://www.ozxstudio.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Money Politics adalah Produk Ikutan dalam Sistem Demokrasi

1 Januari 2025   00:00 Diperbarui: 8 September 2024   17:32 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak, kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam pengambilan keputusan di pemerintahan. 

Pemilihan Umum di negeri ini sudah sejak lama menjadi ajang bisnis kekuasaan untuk mencari keuntungan dan kekayaan. Mulai dari Pemilu tingkat paling rendah pemilihan Lurah hingga paling tinggi Pilpres. Bisnis Partai untuk Perebutan Kursi Anggota Dewan. 

Lambat laun perlahan tapi pasti tumbuh berkembang bersama dengan ideologi Kapitalisme. Sistem akan membentuk dengan sendirinya, mendidik manusia jadi kehilangan akal sehat bernafsu terhadap kekuasaan untuk memperoleh uang. Inilah bagaimana proses Jaman Edan terjadi.

Pemimpin seharusnya dipilih atau ditunjuk, bukan mencalonkan diri. Pemimpin sejati tidak membutuhkan jabatan dan istana untuk menjalankan pemerintahan. Membuat sistem jaringan multi level yang bisa bekerja dengan sendirinya bukan membuat jaringan kekuasaan yang hanya punya kesibukan membuat peraturan dan undang undang.

Pemilihan Umum dalam Sistem Demokrasi adalah Kemenangan dengan perolehan Suara Terbanyak, sampai kapan pun akan terjadi praktek Money Politics, jual beli suara, bisnis kekuasaan dengan metode perjudian perang modal, kampanye perang baliho dan poster yang sangat tidak bermutu bentuk narsisme pamer style kostum dan wajah ganteng padahal seharusnya eksistensialisme menjadi penulis jika tujuannya kampanye politik, siapa saya mengapa harus mendukung saya, punya barang jualan berbentuk ideologi atau idealisme bukan jualan obral janji yang akhirnya hanya sekedar janji yang tidak pernah ditepati. demokrasi atau democrazy diterjemahkan jadi pamer kegilaan. Paling gila kuasa jadi pemenangnya kaitannya sangat erat dengan kroni kroni pendukungnya berani mengeluarkan dana lebih besar untuk mendapatkan perolehan terbanyak karena punya harapan duitnya bakal kembali dan pasti cuan.

Hanya orang bodoh dan patuh tetap setia pada jurdil dan luber. Saya terdidik oleh sistem yang semakin transparan dan semakin tidak bermutu untuk menjadi golput dan anti politik. Lahir kelompok kelompok timses underground menjadi ormas baru diluar partai resmi melihat pemilu menyediakan peluang bisnis rutin lima tahunan. Tukang kompor supaya orang berani mencalonkan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun