Mohon tunggu...
Didik Hariyadi
Didik Hariyadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Seorang Pengrajin Bambu yang Gigih Demi Mencukupi Kebutuhan Keluarga

18 April 2017   14:20 Diperbarui: 18 April 2017   14:40 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pati, Desa karangrejo yang terletak di Kecamatan Pucakwangi Pati Jateng merupakan satu-satunya desa yang hampir semua penduduknya berprofesi sebagai perajin bambu. Karena di lingkungan tersebut terdapat banyak tumbuhan bambu, sehingga sebagian besar masyarakatnya memanfaatkan keberadaan bambu tersebut. Desa yang mempunyai jumlah penduduk sekitar 2400 jiwa ini setiap harinya bertumpu dari kerajinan bambu. Setiap hari warga bergelut dengan membuat berbagai kerajinan untuk dikirim maupun dijual ke beberapa pedagang (toko).

Dengan kerajinan ini, sejumlah warga bisa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedikitnya ada beberapa macam bentuk kerajinan yang telah dibuat warga. Bentuk kerajinan yang banyak diminati pembeli diantaranya perabot rumah tangga, perlengkapan masak, pot bunga, tempat sampah dan kerajinan asesoris lainnya.

Sebagian besar produk kerajinan yang dihasilkan justru dibuat dengan menggunakan tangan (handmade) dengan tetap menawarkan desain yang sederhana namun modern dengan menerapkan teknik produksi yang tidak banyak bergantung pada peralatan.

Seperti halnya pak Abdul Karim yang saat ini sedang menggeluti dunianya sebagai perajin bambu. Saat ini pak Karim mengembangkan usahanya dengan membentuk anyaman seperti penutup kepala atau dalam bahasa jawanya disebut “caping”. Dengan harga terendah mulai 8.000 rupiah sampai harga 17.000 rupiah per unit tergantung ukuran. Pak Abdul Karim mengakui jika usaha ini sudah turun temurun sejak dahulu. Lewat tangannya yang sudah keriput namun masih kuat, ia membelah beberapa batang bambu lalu dipotong menjadi beberapa bagian tipis. Beberapa potongan tipis dihaluskan lalu dianyam dengan potongan bambu lain sehingga membentuk kerucut. Begitulah yang dilakukan lelaki tua ini setiap harinya. Lelaki yang kini sudah berusia hampir 65 tahun ini sudah puluhan tahun menjadi pengrajin bambu. Hampir semua warga penduduk desa tersebut bermata pencaharian sebagai perajin bambu. Adapun untuk bertani hanya sebagai sampingan saja.

Mengingat kebutuhan keluarga di jaman sekarang yang semakin kompleks, pak Abdul Karim yang mempunyai dua anak itu mau tidak mau harus tetap mengupayakan segala cara agar keluarga beliau bisa tetap melanjutkan kehidupan yang lebih layak dan segala kebutuhan keluarganya tercukupi. Dengan tetap melestarikan pembuatan kerajinan bambu tersebut, setidaknya keluarga pak Abdul Karim dan khususnya anak-anak beliau yang masih duduk di bangku sekolah tersebut bisa terpenuhi apapun kebutuhan di sekolahnya dengan harapan untuk bisa tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun