Setiap hari, kita begitu teliti memperhatikan apa yang masuk ke dalam mulut kita. Kita memilih makanan dengan hati-hati, memastikan itu bersih, bergizi, dan sehat bagi tubuh. Kita menghindari makanan yang berbahaya, yang bisa merusak tubuh atau mendatangkan penyakit. Tidak hanya itu, kita juga memperhatikan aspek spiritual, memastikan makanan yang kita konsumsi halal dan sesuai dengan keyakinan kita. Sebab kita percaya, makanan yang baik tidak hanya menguatkan tubuh, tetapi juga menyehatkan pikiran dan jiwa.
Namun, pernahkah kita merenungkan hal yang serupa tentang apa yang masuk ke dalam diri kita melalui mata dan telinga? Apakah kita sama telitinya dengan apa yang kita lihat dan dengar seperti kita menjaga apa yang kita makan?
Apa yang kita baca, tonton, dan dengarkan juga memiliki dampak besar pada diri kita. Informasi yang kita serap melalui media, percakapan yang kita dengarkan, atau hiburan yang kita pilih adalah "makanan" bagi pikiran dan jiwa kita. Jika kita tidak berhati-hati, hal-hal negatif seperti gosip, kebencian, konten merusak, atau informasi yang menyesatkan dapat meracuni pikiran kita tanpa kita sadari. Sama seperti tubuh membutuhkan makanan bergizi, pikiran kita pun memerlukan "nutrisi" yang sehat: kata-kata yang membangun, ilmu yang bermanfaat, dan inspirasi yang mendekatkan kita kepada kebaikan.
Mata dan telinga adalah pintu masuk utama ke dalam hati kita. Apa yang kita lihat dan dengar akan memengaruhi cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak. Jika kita ingin menjadi pribadi yang lebih baik, kita perlu menjaga pintu-pintu ini dengan lebih bijak.
Mari kita mulai memperhatikan apa yang kita izinkan masuk ke dalam diri kita. Pilihlah bacaan yang mencerahkan, tontonan yang mendidik, dan percakapan yang membawa manfaat. Hindarilah hal-hal yang hanya mengundang kegelisahan, kebencian, atau rasa iri. Karena seperti halnya makanan yang kita konsumsi memengaruhi kesehatan tubuh kita, apa yang masuk melalui mata dan telinga kita akan menentukan kesehatan pikiran dan jiwa kita.
Dan pada akhirnya, semuanya kembali kepada kita. Apakah kita hanya berhati-hati terhadap apa yang masuk ke dalam mulut, tetapi abai terhadap apa yang masuk ke dalam pikiran dan hati? Ataukah kita bersedia menjadi lebih bijak, menjaga seluruh diri kita agar tetap sehat, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental, emosional, dan spiritual?
Pilihan ada di tangan kita.
Terima kasih telah membaca. semoga bermanfaat.
selamat hari minggu.
salam sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H