12:58 Waktu Ponsel Jadul. Bantal dan kasur sudah menggoda sejak tadi untuk mengajak bersantai. Tapi kanal politik kompasiana memiliki daya pikat yang lebih kuat sekaligus teror yang sangat dahsyat. Saya selalu tertarik untuk membaca dan kadang geram untuk ikut komentar soal PKS. Setiap judul tentang PKS selalu menarik untuk diikuti. Komentar pro kontra tak jarang membawa ke arah SARA.
Entahlah...
Apa mungkin saya phobia? Bagaimana saya harus bersikap? Berkomentar sebijak mungkin pun masih salah apa lagi membela. Ketika saya membela makan saya akan dikatakan kader, padahal saya keder. Ketika saya mengkritik makan akan dianggap hater. Saya hanya pemuda awam yang ingin belajar, saya masih muda makan ajarkanlah etika.
Pernah saya katakan bahwa saya adalah siswa Pagar Nusa, sontak semua luluh karena saya adalah murid NU. Lalu ketika saya murid NU dilarangkah untuk memilih PKS, PAN, PBB atau PPP?
Ketika saya dianggap dewasa oleh identitas bernama KTP, selama itu pula saya selalu netral alias non partisan. Tak satu pun suara saya donasikan untuk sebuah partai. Sekali saya memilih pemimpin sekarang divonis 18 Tahun Penjara oleh KPK. Ya, dia adalah Andi Achmad Sampoerna Jaya (Golkar).
Sekarang saya harus bagaimana? Kanal ini penuh intrik, entah tulus atau bayaran tapi aroma kebencian ada dimana-mana. Ketika saya akan bersikap akankah saya akan dibenci, dibully dan dicaci maki?
Saya masih sangat muda, ajarkan saya etika.
Salam Damai Indonesia :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H