Demikianlah. Puisi memang selalu menyajikan ruang yang tanpa batas. Ruang yang tidak mengurung dan membelenggu kita untuk hanya menuliskannya dalam satu bahasa. Puisi bebas untuk kita tuliskan menggunakan bahasa apapun.
Meski pada akhirnya, menggunakan bahasa apapun, puisi adalah jembatan dalam kita berkomunikasi dengan orang lain untuk menyeberangkan ide-ide dan gagasan-gagasan kita, suara-suara hati kita, agar dapat sampai kepada mereka. Tanpa pemahaman terhadap puisi kita, puisi kita hanya akan nampak gagah sebagai patung di musium, namun sejatinya menggigil sendirian saat orang-orang hanya begitu saja melewatinya.
Silahkan baca tulisan-tulisan KBC-43 menarik lainnya:
Kur 267: Genre Baru Puisi dalam Khasanah Sastra
Benarkah Kita Boleh Menulis Puisi Semau Kita Sendiri?
Reformasi = Repot Nasi (Puisi Tegalan)
Cara Mengamankan Android, WhatsApp, dan Akun Sosial Media Kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H