Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menulis Puisi dalam Bahasa Ibu

16 Mei 2020   01:04 Diperbarui: 16 Mei 2020   01:36 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu antologi puisi berbahasa ibu | dokpri

Demikianlah. Puisi memang selalu menyajikan ruang yang tanpa batas. Ruang yang tidak mengurung dan membelenggu kita untuk hanya menuliskannya dalam satu bahasa. Puisi bebas untuk kita tuliskan menggunakan bahasa apapun. 

Meski pada akhirnya, menggunakan bahasa apapun, puisi adalah jembatan dalam kita berkomunikasi dengan orang lain untuk menyeberangkan ide-ide dan gagasan-gagasan kita, suara-suara hati kita, agar dapat sampai kepada mereka. Tanpa pemahaman terhadap puisi kita, puisi kita hanya akan nampak gagah sebagai patung di musium, namun sejatinya menggigil sendirian saat orang-orang hanya begitu saja melewatinya.

Silahkan baca tulisan-tulisan KBC-43 menarik lainnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun