Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Tulisan Kita Ditolak Kompasiana? Ini Penyebab dan Cara Memperbaikinya

1 Mei 2020   05:33 Diperbarui: 1 Mei 2020   05:39 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tampilan konten yang telah terhapus di Kompasiana

Mungkin kita pernah, atau bahkan beberapa kali mengalami, tulisan yang sudah susah-payah kita persiapkan dan kita ketik panjang-panjang, tiba-tiba menghilang tidak lama setelah kita tayangkan.

Ya, setelah menengok notifikasi yang ada di dashboard akun kita di Kompasiana ini, tulisan kita ternyata memang telah ditolak dan dihapus oleh pengelola Kompasiana. 

Tentu kita geram. Atau bahkan menjadi jengkel karenanya. Toh, sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi, kalau kita dari awal mau membaca segala ketentuan yang diberlakukan Kompasiana berkenaan dengan tulisan atau konten yang akan kita tayangkan.

 Namun, memang demikianlah kebiasaan yang banyak dari kita melakukannya. Seperti saat membeli barang elektronik misalnya, meski telah disertai buku panduan, namun kebanyakan kita mengabaikannya. 

Baru kemudian ketika mengalami kesulitan atau ada yang rusak dengan barang tersebut, kita baru membuka buku panduannya.

Berkenaan dengan konten Kompasiana sendiri, pada bagian bawah halaman Kompasiana ini, tertera Syarat dan Ketentuan ataupun FAQ yang mengatur atau menerangkan juga tentang konten yang dapat ditayangkan di Kompasiana.

Dalam FAQ dijelaskan bahwa setiap konten yang tayang di Kompasiana akan melewati proses moderasi oleh pengelola Kompasiana untuk memastikan konten yang ditayangkan tidak melanggar syarat dan ketentuan Kompasiana. Bila konten ternyata didapati oleh pengelola Kompasiana melanggar syarat dan ketentuan Kompasiana, pengelola akan menghapus dan mengirimkan pesan berisi info penghapusan beserta alasannya.

Orisinilitas serta Haramnya Penjiplakan dan Pelanggaran Hak Cipta

Adapun syarat dan ketentuan yang diberlakukan Kompasiana berkenaan dengan konten, secara garis besar konten yang dapat diteruskan penayangannya adalah konten yang benar-benar asli hasil olah-karya kita sendiri, bukan konten plagiasi atau jiplakan serta tidak adanya unsur pelanggaran hak cipta di dalamnya. 

Di samping, konten yang ditayangkan bukan atau tidak mengandung hoaks, harus menjaga tata-tertib dan tidak meresahkan masyarakat atau dapat merugikan orang lain atau memicu pertentangan dan atau permusuhan individu atau kelompok berdasarkan SARA atau hal-hal lainya (selengkapnya silahkan baca di bagian bawah halaman ini atau silahkan klik di sini jika belum pernah membacanya).

Bukan hanya di Kompasiana sebenarnya. Kecuali di blog atau di halaman sosial media kita sendiri yang pengelolaannya oleh kita sendiri, di media manapun, keaslian karya memang merupakan tuntutan utama. 

Plagiasi dan pelanggaran hak cipta merupakan hal yang sangat diharamkan. Ini bukan berarti konten atau artikel yang kita buat tidak boleh mengandung kutipan atau merupakan terjemahan. Bahkan dalam karya ilmiah sekalipun, kutipan adalah suatu hal yang wajar dilakukan. Namun demikian, tentu ada batasan atau etika manakala kita memasukkan kutipan ke dalam tulisan kita. 

Kompasiana sendiri mentolerir pemuatan kutipan dalam tulisan kita hingga 25 persen. Untuk terjemahan sendiri, bahkan bisa saja seluruh tulisan yang kita buat adalah terjemahan. 

Saya sendiri telah memposting beberapa tulisan utuh sebagai terjemahan cerita dan juga artikel biografi dari penulis Amerika Serikat, Edgar Allan Poe, di Kompasiana ini yang semuanya lolos tayang.

Kutipan, sesuai namanya, memang bertujuan hanya untuk mengutip tulisan atau pendapat orang/pihak lain guna melengkapi ide atau argumen tulisan kita, bukan menjadi pokok tulisan kita. Kutipan yang disinyalir dapat menjadi narasi utama tulisan kita, bisa saja dianggap plagiasi. Kecuali, misalnya, kita memang sedang membahas tulisan atau pendapat yang kita kutip, misalnya membahas puisi, bisa saja kita menghadirkannya secara utuh dalam tulisan kita.

Etika atau kewajiban yang perlu kita lakukan saat melakukan pengutipan dalam tulisan kita, tentu dengan menyebutkan sumber kutipannya. Dan di Kompasiana ini, penyebutan sumber kutipan harus benar-benar jelas, disebutkan pada bagian akhir tulisan kita. Pengutipan tanpa penyebutan sumbernya, bisa diartikan juga dengan penjiplakan atau bahkan pelanggaran hak cipta/intelektual penulisnya.

Ketidaktelitian dan Kelalaian Kita Sendiri

"Tapi, itu memang benar-benar tulisan saya dan saya tidak mengutipnya dari manapun. Saya menulisnya berdasarkan observasi saya sendiri."

Ini mungkin pernah juga kita alami. Konten yang memang seutuhnya adalah karya kita sendiri, namun tetap saja terkena cekal dan dihapus. Setidaknya, seorang teman kompasianer pernah mengeluhkan tentang hal ini kepada saya.

Memperhatikan kasus yang dia alami, menengok dari konten yang disebutkannya tidak lolos tayang, di mana hal yang diangkat dalam konten tulisannya adalah hal yang memang sedang menjadi isu hangat dan ramai ditulis di berbagai media, agaknya kita memang perlu menyisipkan catatan khusus, bisa di bagian akhir atau di awal tulisan, yang menyebutkan bahwa konten kita memang murni hasil karya kita, untuk hal-hal yang sedang menjadi tren, terutama jika menyajikan data-data seperti data statistik. Setidaknya untuk memudahkan, sebagai catatan dan atau pertimbangan bagi pengelola Kompasiana dalam mengulas atau memoderasinya. 

Hal lain yang mengakibatkan tulisan atau konten kita gagal tayang, sebagaimana saya sebutkan di atas, adalah karena ketidaktelitian atau kelalaian kita sendiri. Pengutipan tulisan yang tidak kita sebutkan sumbernya, menjadi hal umum yang sering dilakukan. Ini berlaku pula untuk gambar yang kita sertakan.

Amat disayangkan memang, jika tulisan kita pada akhirnya terhapus. Karena, bagaimanapun kemudian kita bermaksud melakukan ralat, bermaksud memperbaikinya, penghapusan tersebut bersifat permanen. Ini mungkin juga dapat menjadi masukan bagi pengelola Kompasiana, di mana tulisan yang didapati melanggar, sebaiknya tidak serta merta dihapus, namun cukup ditangguhkan penanyangannya, sampai kemudian penulisnya dapat memberi klarifikasi atau ralat yang diperlukan. Jika ternyata penulisnya sendiri tidak dapat memberikan jawaban dan bukti yang kuat bahwa itu tidak melanggar ketentuan yang ada, baru kemudian tulisan atau konten tersebut dihapus secara permanen.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberi penyegaran kembali buat kita bersama, agar dapat memahami dan mengingat hal-hal yang mesti kita lakukan saat akan menulis di Kompasiana ini, agar di kemudian hari tidak ada lagi konten kita yang ditolak atau dihapus oleh Kompasiana. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun