Serat Kalatidha bahkan ikut diabadikan pada proyek puisi dinding di Leiden, Belanda.
Zaman Kalabendu
Adapun Jangka Jayabaya, menggambarkan tentang tanda-tanda datangnya zaman Kalabendu yang banyak diartikan sebagai zaman kehancuran. Zaman Kalabendu akan ditandai dengan peristiwa-peristiwa berikut:
- Lindu ping pitu sedino - Gempa bumi tujuh kali sehari
- Lemah bengkah - Tanah pecah merekah
- Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara - Manusia berguguran, banyak yang ditimpa sakit
- Pagebluk rupo-rupo - Wabah penyakit bermacam-macam
- Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati - Hanya sedikit yang sembuh kebanyakan meninggal
Zaman Kalabendu sendiri akan terjadi ketika hal-hal lain sudah terjadi, di antaranya:
- Akeh janji ora ditetepi - Banyak janji yang tidak ditepati
- Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe - Banyak orang yang berani melanggar sumpahnya sendiri
- Manungsa padha seneng nyalah - Orang-orang suka saling lempar kesalahan
- Ora ngendahake hukum Hyang Widhi - Tak peduli akan hukum Yang Mahakuasa
- Barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci - Yang jahat dijunjung-junjung, yang suci justru dibenci
- Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit, lali kamanungsan, lali kabecikan, lali sanak lali kadang - Banyak orang yang hanya mementingkan uang, lupa dengan kemanusiaan, lupa dengan kebaikan, lupa sanak-saudara
- Akeh bapa lali anak - Banyak ayah yang lupa kepada anaknya
- Akeh anak wani nglawan ibu, nantang bapa - Banyak anak yang berani melawan ibu, menantang ayah
- Sedulur padha cidra - Sesama saudara saling bertikai
- Akeh pangkat sing jahat lan ganjil - Banyak pejabat yang jahat dan ganjil
- Akeh kelakuan sing ganjil - Banyak perbuatan yang ganjil
- Wong apik-apik padha kapencil - Orang yang baik banyak yang tersisih
- Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin, luwih utama ngapusi - Banyak orang bekerja baik-baik merasa malu, lebih mengutamakan menipu
- Wegah nyambut gawe, kepingin urip mewah - Malas untuk bekerja, inginnya hidup mewah
- Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka - Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka
- Wong bener thenger-thenger, wong salah bungah - Orang yang benar termangu-mangu, orang yang salah bergembira
- Wong apik ditampik-tampik, wong jahat munggah pangkat - Orang yang baik ditolak ditampik, orang yang jahat naik pangkat
- Wong agung kasinggung, wong ala kapuja - Orang yang mulia dilecehkan, orang yang jahat dipuja-puja
- Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane - Perempuan kehilangan rasa malunya, laki-laki kehilangan pamor kepemimpinannya
- Akeh ibu padha ngedol anake - Banyak ibu menjual anaknya
- Akeh wong wadon ngedol awake - Banyak perempuan menjual diri
- Akeh wong ijol bebojo - Banyak orang bertukar suami/istri
- Akeh wong ngedol ngelmu - Banyak orang memperdagangkan ilmu
- Akeh wong ngaku-aku, njabane putih njerone dhadhu, ngakune suci, nanging sucine palsu - Banyak orang mengaku diri, di luar putih di dalam jingga, mengaku suci, tapi palsu belaka
- Akeh bujuk akeh lojo - Banyak tipu banyak muslihat
- Akeh udan salah mangsa - Banyak hujan salah musim
- Agama akeh sing nantang - Agama banyak ditentang
- Prikamanungsan saya ilang - Perikemanusiaan semakin hilang
- Akeh laknat, akeh pengkianat - Banyak kutukan, banyak pengkhianat
- Anak mangan bapak, sedulur mangan sedulur, kanca dadi mungsuh - Anak makan bapak, saudara makan saudara, kawan menjadi lawan
- Guru disatru - Guru dimusuhi
- Tangga padha curiga - Tetangga saling curiga
- Kana-kene saya angkara murka, sing weruh kebubuhan, sing ora weruh ketutuh - Angkara murka semakin menjadi-jadi, yang tahu terkena beban, yang tak tahu disalahkan
- Durjana saya sempurna - Kedurjanaan semakin merajalela
- Akeh barang haram, akeh anak haram - Banyak barang haram, banyak anak haram
- Wong golek pangan kaya gabah diinteri - Mencari rizki ibarat gabah ditampi
- Ratu ora netepi janji, musna panguwasane - Penguasa ingkar janji, hilang wibawanya
- Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan - Banyak orang mati lapar di samping makanan
- Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara - Banyak orang mempunyai harta tapi hidup sengsara
- Bandha dadi memala - Harta benda menjadi penyakit
- Akeh wong mendem donga - Banyak orang mabuk doa
- Akeh wong ijir, akeh wong cethil - Banyak orang kikir, banyak orang bakhil
- Sing eman ora keduman, sing keduman ora eman - Yang hemat tidak mendapat bagian, yang mendapat bagian tidak berhemat
- Akeh wong mbambung, akeh wong limbung - Banyak orang berulah dungu, banyak orang limbung
Demikianlah, dan terlepas dari percaya atau tidaknya kita kepada ramalan-ramalan, kepada isyarat-isyarat, belajar dari peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, segala sesuatu memang berjalan atau terjadi selalu dimulai atau berkaitan dengan peristiwa-peristiwa lain sebelumnya. Tidak ada asap tanpa adanya api. Selalu ada kausalitas. Tinggal bagaimana kita bisa melihat dan mengaitkannya. Agar kita tidak mengulang kembali kekeliruan-kekeliruan.
Dalam situasi bencana sekarang ini, setidaknya kita bisa berupaya, agar wabah yang ada tidak semakin merebak dan segera dapat dihentikan. Salam!
Referensi:
- Mirror - Mystic Who Foretold Donald Trump
- CameroonVoice - Voici 10 Prdictions Fascinantes o Nostradamus a eu Raison
- ATI - The Wreck of the Titan
- Wikipedia - Rangga Warsita
- Wikipedia - Ramalan Jayabaya
- Wikipedia - Macapat
- Liputan 6 - Perjalanan Keramat Manusia dalam 11 Tembang Macapat
Baca juga artikel KBC-43 menarik lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H