[caption caption="Dok. Pribadi"][/caption]
2. Si Jutek
Adzan shubuh telah lewat beberapa menit. Zaniar menggeliat, kemudian membuka matanya dengan berat. Telinganya mendengar suara gemericik air gerimis. Hawa dingin terasa menerpa kakinya ketika gadis itu hendak turun. Zaniar kembali menarik kakinya, dimasukkannya kembali di bawah selimut lusuh.
“Ibu sudah bangun Bu?” tanya Zaniar memanggil ibunya.
“Sudah dari jam setengah empat tadi.”
“Hujan ya Bu?”
“Gerimis. Sholat shubuh dulu.”
“Sebentar lagi, dingin Bu.”
“Jangan manja Zan. Awas di sebelah pintu ada baskom. Airnya banyak lho!” Kata ibunya dari belakang.
“Bocor lagi ya Bu?”
“Yaaa…. Begitulah!”
Zaniar bangkit. Dilawannya udara dingin yang menerpa badannya. Ia ingat harus segera membantu ibunya menyiapkan jajanan dagangannya. Perlahan gadis itu bangkit, kemudian berjalan pelan. Seperti kata ibunya, sebelum pintu ada baskom berisi air cucuran dari atap yang bocor. Dulu, ketika ayahnya masih ada, laki-laki itu yang selalu sibuk mengurus atap bocor. Kini tak ada lagi.