Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Humor PK] Logo Planet Kenthir yang Mana Sih?

12 Februari 2016   19:22 Diperbarui: 12 Februari 2016   22:10 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="."][/caption]

Curhat dulu ah :

Ini sangat bikin pusing, mau ikut lomba malah bingung milih logo PK yang mana yah?

1. Logo 1 (Planet Kenthir - yang paling sering muncul) . "Kenthir" warna coklat/maroon 

[caption caption="."]

[caption caption="."]
[/caption]

[/caption]

2. Logo 2 (Kenthir Planet) , Kenthir Di Depan

[caption caption="."]
[/caption]

 

3. Logo 3 (Planet Kenthir, model kotak bukan lingkaran), Kenthir warna merah

[caption caption="."]
[/caption]

 

4. Logo 4 (Model Kotak, backgroud hitam) , peserta event ada juga yang ngambil ini 

[caption caption="."]
[/caption]

 

5. Logo 5 (Warna backgroud pink)

[caption caption="."]
[/caption]

 

== dari 5 logo mana yang benar sih? ==

== Kenthir Tenan ! ==

 

Nah inilah tulisan humor punyaku :

 

PILIHAN WARAS

Babak 1

Tahun 1992, (waktu itu saya masih muda dan ganteng ) tinggal di Kadipaten, Majalengka Jawa Barat. Saya dapat panggilan untuk sebuah urusan di Kanwil Dep****** , tetapi harus membeli kertas segel di Kantor Pos Pusat Bandung. Dari Kadipaten ke Bandung sekitar 3 atau 4 jam perjalanan. Sampai di Kantor Pos Pusat pukul 21.30 malam (masih buka).
Setelah beres membeli kertas segel, saya bingung, mau nginap di mana? Ini adalah pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Bandung. Hotel? Wah nggak tahu tatacaranya. Penginapan? Ini lebih familier untuk rakyat jelata kayak saya. Akhirnya saya naik bis kota minta diturunkan di tempat yang ramai da nada penginapan atau losmen. Saya diturunkan di dekat stasiun.

Babak 2

Saya menuju sebuah losmen dekat stasiun. Di ruang depan (semacam lobby hotel gitu) banyak orang duduk-duduk. Saya ke meja resepsionis (semacam itu lah).
“Pak mau menginap, mau pesan kamar!” kata saya (di pede-pedekan, padahal seumur-umur belum pernah menginap di losmen atau sejenisnya).
“Ooo … iya ada. Yang single apa yang dobel?”
“Saya sendirian kok!”
“Yang single habis. Tinggal yang dobel.”
“Maksudnya dobel?”
“Ya nanti dicarikan teman!”
Astaghfirullaaah! Sebagai orang yang beriman (pengumuman), muka saya merah. Paham apa maksud kata-kata si resepsionis. Saya mundur perlahan, membalikkan badan dan pergi diringi tawa terbahak-bahak orang-orang yang duduk.

Babak 3

Keluar dari losmen yang mengerikan (bikin merinding), saya jalan kaki menyusuri trotoar, mencari penginapan lain. Sekitar seratus meter ada gang kecil dengan penunjuk arah losmen, ya masuk ke gang itu. Saya langsung belok. Ternyata gang itu gang buntu, dengan bangunan yang paling ujung ya losmen itu. Begitu saya masuk ke halaman, tampak di teras berjejer perempuan-perempuan muda dengan celana short. Hampir semua (ada sekita sepuluh-an lah!).
Gawat! Ini tempat yang sama! Mengeluh rupanya tak bakal menyelesaikan masalah, sebab kedatangan saya sudah diketahui oleh orang-orang yang ada di situ.
Cling! Tiba-tiba saya dapat ilham. Begitu saya semakin mendekat ke mereka saya bertanya:
“Mmm…. maaf, numpang tanya Pak …. kalau jalan yang ke arah terminal lewat mana ya?”
“Oooo….. itu jalan yang di depan, belok kiri lagi, nanti tinggal nunggu bis kota!”
“Terima kasih Pak!”
Yes! Lolos! Lolos! Lolos!

Babak 4

Naik bis kota, akhirnya saya turun di terminal Cicaheum. Saya tengok jam tangan menunjukkan pukul 11 malam. Saya putuskan untuk tidur di ruang tunggu penumpang.
Satu dua orang-orang pergi. Ruang tunggu semakin sepi. Selang seperempat jam, pikiran bukannya semakin tenang, sebab terminal yang pikir ramai, ternyata menjadi sepi. Bagaimana jika ada orang jahat? Memang saya tidak membawa uang banyak (aslinya : uang di kontrakan juga sudah tips), tetapi di tas saya banyak surat berharga: Ijazah SD, SMP,SMA hingga perguruan tinggi. Kalau ada yang menjambret tas saya? Gawat! Terus bagaimana nih? Ke losmen? Oh! Nooo!
Purwokerto, Purwokertoooo!
Saat itu terdengar suara kondektur bis menawarkan jasa. Cling! Saya putuskan untuk segera naik bis itu. Saya naik bis Goodwill yang akan berangkat ke Purwokerto via Cirebon. Aman, di dalam bis saya akhirnya bisa tidur.
Cirebon! Cireboooon!
Saya terbangun. Pukul 02.00 malam saya lihat bis sudah berada di terminal Harjamukti Cirebon. Saya turun. Menenangkan diri sebentar, kemudian saya mandi.

Babak 5

Selesai mandi, saya menuju ke tempat tunggu bis berbaur dengan orang lain.
Bandung! Bandung! Saya lihat ada bis SBM jurusan Bandung. Saya langsung naik. Kemudian dengan nyaman tidur di bis menuju Bandung lagi.
Bandung habiiiiiis! Pukul 05.00 pagi bis sampai di terminal Cicaheum lagi. Setelah mandi dan berwudlu, saya shalat shubuh di masjid sebelah belakang terminal.

Babak 6

Taktis kan? Itulah pilihan smart daripada ingin tidur di tempat-tempat yang malah nggak bisa tidur, lebih baik tidur di bis Bandung-Cirebon terus Cirebon-Bandung.
Pagi itu saya melanjutkan urusan yang saya rencanakan dengan aman.
Taktis? Kenthir opo waras? ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun