Dulu saya sangat bersemangat mendaftar beberapa media sosial pada era kejayaan Friendster (FS). Terus terang saat itu saya dan mungkin sebagian besar pengguna internet bisa dikatakan menggilai FS khususnya dan jejaring sosial pada umumnya. Saya menganggap FS adalah ajang pertamanan yang sangat unik di dunia maya. Waktu itu saya mencoba setiap media sosial baru yang menyamai atau setidaknya berusaha menyaingi FS, ada Tagged, MySpace dan mungkin juga Buzz dan Wave. Saya tidak terlalu ingat dengan nama-nama lain karena pada akhirnya saya hanya mendaftar tetapi tidak pernah aktif meng-update status atau profil di tempat gaul maya selain FS. Lalu tiba-tiba menyeruak Facebook (FB). Saat itu sebetulnya saya juga sudah dalam kondisi jenuh menggunakan jejaring sosial serupa FS sehingga menanggapi kehadiran FB dengan sikap biasa-biasa saja. Ajakan dan dorongan beberapa teman untuk membuka FB saya tanggapi dengan jawaban "entar aja, ah" atau kadang-kadang penolakan langsung. Beberapa teman menyebutkan keunggulan dari FB dibandingkan FS, salah satunya di FB ada foto-foto yang bisa dikomentari. Setahu saya di FS juga ada tapi saat itu saya sempat melirik halaman FB teman dengan komentar yang panjang dan lucu-lucu. Hati saya pun luluh dan akhirnya membuka akun FB juga. Pada suatu masa saya sempat ketagihan berstatus ria di FB. Apa lagi di sana saya ketemu lagi teman-teman sekolah dan teman-teman di tempat pekerjaan yang lama. Bercanda melalui saling berbalas komentar sungguh mengasyikkan. Melalui FB juga kami bertemu secara nyata dengan teman-teman lama, kegiatan ini sering disebut kopdar (kopi darat). Hingga saat ini saya masih meng-update status dan mengomentari status serta foto teman walau tidak terlalu intens seperti dulu. Saya juga mempunyai akun twitter, media sosial lain di peringkat kedua, setelah FB tapi saya merasa tidak terlalu nyaman ber-twitter. Ibaratnya saya tidak menemukan rumah di sana. Twitter hanya seperti losmen kecil yang kadang-kadang dikunjungi karena ingin mencari berita secara ringkas atau sekadar mengetahui eksistensi teman yang aktif ber-tweet. Ada satu hal yang tidak saya suka dari twitter yaitu sistem pem-follow-an. Kita bisa mem-follow seseorang tanpa ada kewajiban orang itu untuk mem-follow balik (follback istilahnya). Ngga adil nih, pikir saya. Ngapain juga saya ngikutin orang yang ngga ngikutin saya. Hahaha... Jadi, saya hanya mem-follow orang-orang yang benar-benar saya idolakan atau media atau perusahaan yang saya minati. Kalau mereka mem-follback saya, maka saya akan semakin senang tapi kalau setelah sekian lama tidak follback saya dan isi tweet-nya kurang menarik, dengan sukacita segera saya unfollow. Mungkin begitulah fungsi twitter tapi sejauh ini saya jarang membuka twitter kendati tinggal ketuk di layar ponsel saya. Saya hanya mengunjunginya seminggu dua kali kalau bisa saya hitung rata-rata. Tiba-tiba beberapa hari lalu muncul Google Plus (G+) yang disambut euforia sebagian orang dan media. Kesan saya terhadap G+ nyaris sama dengan ketika Facebook pertama kali keluar. Saya tidak berusaha menjadi orang pertama yang menggunakannya. Saya hanya menunggu. Apalagi setelah saya lihat halaman muka dan fitur G+ sebetulnya tidak terlalu berbeda dengan FB. [caption id="attachment_120917" align="aligncenter" width="320" caption="Tampilan G+ untuk iPhone"]
[/caption] Beberapa teman mulai
invite, saya sempat coba tapi belum juga di-
approve dan setelah itu saya melupakannya. Hingga saat keluar G+ versi iPhone saya mulai tergoda menggunakannya. Saya meminta teman untuk meng-invite lagi dan gak terlalu lama, saat itu juga akun G+ saya langsung ON, baik di iPhone maupun di komputer. Beberapa waktu saya sempat menjelajahi dan mencoba fitur G+, terutama yang dianggap berbeda dengan Facebook, di antaranya Circles, Huddle dan Hangout. Circles adalah pengelompokan teman kita berdasarkan kategori tertentu yang kita inginkan misalnya Family, Teman Kerja atau mungkin Mantan Pacar. Lalu kita bisa mengatur update status atau kirim pesan hanya ke kelompok tertentu dari daftar teman tersebut. Sebetulnya di FB juga ada group yang kurang lebih sama. Memang dengan Circles di G+ ini terlihat menyenangkan dengan sistem
drag teman ke lingkaran. Akan tetapi, karena saya jarang membatasi status atau pesan ke teman di Facebook, saya sepertinya tidak akan melakukannya di G+ dan hal ini malah terkesan membingungkan. Hangout adalah fitur
chatting dan
video calling dengan teman kita. Teman kita yang diajak chatting ini juga bisa dipilih berdasarkan circles tertentu atau perorangan dan bisa melakukan conference dengan beberapa teman sekaligus. Di FB saya jarang melakukan fitur chatting kecuali tiba-tiba ada yang menyapa atau ada keperluan mendesak yang ingin saya tanyakan ke teman yang saya lihat online di FB tetapi tidak online di YM atau SMS saya gak dijawab-jawab. Saya sudah mencoba Hangout milik G+ di macbook saya setelah harus meng-
install video
plugin tapi karena daftar teman saya belum banyak dan tidak ada yang online web camera-nya, ya tidak bisa merasakan nikmatnya. Hehehe... Huddle adalah fitur chatting juga tetapi untuk versi mobile, kalau gak salah, karena ini adalah salah satu fitur yang ada di G+ for iPhone. Ketika saya coba menggunakan fitur ini dengan mengirim pesan ke teman ternyata dia tidak menerimanya di G+ versi web seperti layaknya chat FB. Jadi, huddle khusus untuk bertukar pesan secara mobile. Kesimpulannya, setelah beberapa hari mencoba G+ saya belum merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan Facebook. Mungkin karena belum banyak teman tapi kalau
toch sudah banyak teman aktivitas yang dilakukan saya kira tetap tidak jauh berbeda dengan di FB, bertukar komentar status atau foto atau sekadar membaca catatan panjang teman atau link berita maupun video. Tidak ada yang baru. Sementara saya memimpikan ada media sosial dengan kesenangan dan ketakjuban baru. Saya hanya menemukan pengalihan kesenangan sesaat dengan media sosial lain seperti
Foursquare dan
Gowalla (
geotagging),
instagram dan picplz (
photo sharing),
getglue dan
miso (berbagi minat musik, film dan topik lain) yang semuanya bisa dikaitkan dengan akun FB. Metode pendaftaran G+ dengan hanya diundang oleh pengguna sebelumnya memang langkah jitu yang sering diterapkan Google untuk membuat penasaran calon pengguna. Dan ini terbukti dengan keberhasilan meraup belasan juta pengguna dalam tempo yang singkat. Akan tetapi, jika ternyata G+ tidak lebih dari bentuk lain dari Facebook atau bahkan Friendster yang dulu, rasanya G+ tidak akan pernah menjadi yang terbesar. Promosi tingkat keamanan dan privasi yang lebih tinggi dari G+ tidaklah cukup karena bagi sebagian besar orang yang tidak pernah merasakan penyerangan privasi atau ancaman keamanan di FB, semuanya terasa baik-baik saja. Inovasi dan tambahan fitur yang benar-benar baru akan membuat G+ unggul, bukan hanya akan menambahkan game atau fitur lain yang sebetulnya sudah ada di FB karena sepertinya game dan aplikasi di FB sudah mulai menurun penggunaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya