Mohon tunggu...
Didik Djunaedi
Didik Djunaedi Mohon Tunggu... Editor - Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Editor, penulis, dan penikmat hiburan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

iPhone 5c dan 5s Terjual 9 Juta Unit, Kok Bisa?

24 September 2013   22:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:26 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_268458" align="aligncenter" width="600" caption="Kedua versi baru iPhone ini pecahkan rekor penjualan perdana."][/caption] Pertengahan September lalu diumumkan kehadirannya oleh Tim Cook, CEO Apple lalu dibuka pre-order dan tersedia mulai 20 September di beberapa negara gelombang pertama, iPhone 5c dan 5s langsung membukukan penjualan sekitar 9 juta unit. Dalam waktu tiga hari pertama peluncurannya kedua jenis baru iPhone ini langsung memecahkan rekor pendahulunya, iPhone 5 yang terjual 5 juta unit dalam periode waktu yang sama. Kemunculan iPhone 5c dan 5s ini pada awalnya ditanggapi kurang antusias oleh banyak pengamat teknologi karena Apple tidak banyak memberi sentuhan baru pada versi baru smartphone andalan perusahaan bermarkas di Cupertino, AS ini. Bahkan nilai "surprise" dari versi terbaru iPhone ini sudah tidak ada lagi karena bocoran beberapa bulan sebelumnya nyaris betul adanya. Secara ukuran dan fisik iPhone 5c/5s masih sama dengan pendahulunya. Bahkan iPhone 5c tidak lebih dari ganti kulit dari iPhone 5 yang sekarang bercangkang plastik polycarbonate. Sepertinya iPhone kembali ke era 3GS yang pernah jaya beberapa waktu silam, hanya sekarang lebih colorful. Dicibir di sana-sini oleh pengamat, bahkan nilai saham Apple sempat merosot karena harapan kemunculan iPhone harga murah tidak terwujud. Tentu saja harapan itu patut disingkirkan jauh-jauh karena Apple sendiri tidak pernah menjanjikan akan hadirnya iPhone murah. Selama ini medialah yang mengasumsikan sendiri. Cibiran itu ternyata tidak menyurutkan niat calon pembeli iPhone. Antrian panjang beberapa hari sebelum launching sudah terlihat di beberapa Apple store di beberapa negara. Ternyata  iPhone terbaru ini masih memiliki pesona di mata penggemar gadget. Tambahan sensor sidik jari untuk membuka kunci (unlock) iPhone dan untuk otorisasi pembelian aplikasi, lagu, atau film di App Store bisa jadi memberi pengalaman baru. Prosesor M7 64-bit yang dijanjikan akan membuat kecepatan iPhone 5s secepat komputer desktop mungkin juga membuat ngiler untuk mencobanya. Kamera yang tetap 8 MP tapi dengan tambahan flash dual-LED True Tone menjamin fotografi ala iPhone jadi semakin menggairahkan. Bisa jadi beberapa unsur baru di iPhone 5s tersebut masih mampu mendongkrak penjualan yang rata-rata 3 juta unit per hari, tetapi mungkin ada faktor lain, sebutlah faktor X yang masih melekat di setiap produk besutan Apple. Faktor X tersebut boleh dikatakan faktor "gengsi" yang sering disebut-sebut bahkan dilecehkan penggunaannya oleh kelompok tertentu. Mau tidak mau kita memang harus mengakui bahwa iPhone dan produk Apple yang lain memiliki faktor ini bagi penggunanya. Rasanya tidak ada merk lain (untuk smartphone dan komputer) yang mampu menandingi faktor yang dimiliki merk Apple ini. Faktor gengsi yang menempel di produk Apple selama bertahun-tahun ini tidak semata-mata muncul begitu saja. Apple telah menyadari diri dan memosisikan produknya untuk pasar premium, kelas atas yang hampir tidak sensitif dengan harga tinggi. Dan Apple memenuhi pasar ini dengan produk yang terbukti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan targetnya. Ibaratnya, gengsi tanpa bukti hanya akan jadi semacam iklan kecap yang selalu nomor satu menurut pembuatnya, tetapi dijauhi oleh calon pembelinya. Mungkin iPhone 5s, apalagi iPhone 5c, saat ini bukanlah produk gadget tertinggi dalam hal spesifikasi, tetapi juga tidak bisa dibilang produk yang buruk. Syarat untuk menjadi smartphone papan atas telah terpenuhi. Sebagai pencetus atau pionir smartphone layar sentuh dengan kekuatan koleksi aplikasi, iPhone dituntut dan memperoleh tekanan yang besar untuk selalu berinovasi dan menciptakan hal baru, lebih dari pesaingnya. Hal itulah yang mungkin dilihat sebagai sisi yang sangat mudah untuk melemahkan posisi iPhone. Berbeda dengan saat kemunculan iPhone pertama kali pada 2007,  waktu itu pesaingnya belum banyak dan bahkan mungkin belum ada. Saat itu iPhone muncul sebagai pembaharu era smartphone. Akan tetapi, saat ini smartphone berbasis Android seakan berlomba-lomba dengan spesifikasi setinggi-tingginya dengan fitur sebanyak-banyaknya, atau kalau tidak dengan harga semurah-murahnya untuk menyaingi bahkan membunuh iPhone. Kekonsistenan iPhone untuk selalu memberikan yang terbaik adalah salah satu jawaban mengapa iPhone masih tegar berdiri dan menjadi pilihan banyak pecinta gadget. Selain itu, Apple telah menciptakan atmosfer pendukung bagi produknya seperti OS yang stabil karena perpaduan hardware-software yang pasti kompatibel, lalu dukungan iTunes dan App Store yang menjadikan iPhone semakin berdayaguna. Keterkaitan antara satu produk dengan produk keluaran Apple yang lain juga menjadikan keterikatan batin penggunanya semakin erat. Ketika seseorang telah merasakan kehandalan iPhone, lalu ingin merasakan ketakjuban yang sama dengan iPad, Macbook dan seterusnya. Akan tetapi, hal itu akan jadi omong kosong jika Apple tidak mampu menyediakan produk yang benar-benar memiliki standar tinggi. Hal inilah yang mungkin tidak dimiliki oleh merk lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun