[caption id="attachment_332267" align="aligncenter" width="560" caption="Smartphone kini sudah jadi komoditi dengan tuntutan harga terjangkau."][/caption]
Setelah beberapa waktu lalu diberitakan bahwa Samsung terseok di negeri sendiri (baca: Orang Korea Lebih Suka iPhone 6 Ketimbang Note 4), muncul laporan bahwa keuntungan Samsung anjlok hingga 73,9% pada kuartal ketiga tahun ini. Sementara itu Apple masih bisa tersenyum dengan kenaikan profit tidak kurang dari 11,3% pada kuartal yang sama dibandingkan tahun lalu.
Samsung Electronics baru-baru ini melaporkan secara kesuluruhan keuntungannya sebesar $3,8 miliar yang berarti menurun 60% dari tahun lalu, sementara divisi Mobile menyokong penurunan drastis hingga 73,9%. Pada awal tahun ini divisi Mobile sempat menyokong profit perusahaan hingga 70% dari penjualan smartphone, yakni Seri S dan Note. Kemerosotan profit Samsung ini adalah yang terendah sejak 2011.
Peluncuran Galaxy Note 4 dan S5 ternyata tidak serta-merta membuat Samsung mampu menaikkan keuntungan. Bahkan di negeri sendiri saja seri terbaru ini kurang meyakinkan warganya, mereka malah lebih memilih iPhone 6 dan 6 Plus. Di tengah situasi pasar smartphone yang relatif stagnan di negara maju yang pertumbuhannya tercatat hanya satu digit persen persaingan vendor besar memang semakin ketat di sektor ini.
Menurut laporan firma riset IDC kuartal ini pasar smartphone meningkat hingga 25% dengan Apple menikmati peningkatan tipis dan hanya Samsung mengalami penurunan kuantitas pengapalan di antara 5 besar penguasa pasar. Meskipun Samsung masih berada di puncak, tetapi vendor Korea Selatan ini merosot dari segi penjualan dan keuntungan.
Apple dengan seri iPhone terbarunya iPhone 6 dan 6 Plus yang kuartal ini berhasil mengapalkan 39 juta unit menduduki posisi ke-2 pangsa pasar smartphone dunia, di bawah Samsung. Yang mengejutkan adalah hadirnya Xiaomi di tempat ketiga dengan peningkatan hingga 211% dibandingkan tahun lalu, menggeser Huawei yang terpental dari lima besar. Sementara itu Lenovo dan LG menguntit ketat di bawahnya dengan pangsa yang berkisar 5%.
[caption id="attachment_332257" align="aligncenter" width="660" caption="Sumber: AppleInsider"]
Di tengah stagnannya pasar negara maju, harapan satu-satunya adalah ekspansi ke negara berkembang seperti Indonesia yang masih menjanjikan pertumbuhan hingga 30%. Akan tetapi, sensitifnya harga dan banyaknya vendor yang bermain di level ini terpaksa mereka harus berjuang mati-matian. Masyarakat umum sekarang sudah melek teknologi smartphone dan mereka mengharapkan fitur canggih dengan harga terjangkau. Ini yang akan menjadi PR bagi vendor-vendor besar.
Selain Apple yang memang dari awal menggarap pasar premium atau level menengah-atas, Samsung dan vendor besar lain harus berjuang keras meraih pasar massal ini. Mereka harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan kecil lokal dan ponsel buatan China yang harganya kadang-kadang tidak habis pikir murahnya.
Ingat masa kejayaan Nokia yang akhirnya runtuh oleh gempuran ponsel China berharga di bawah 1 jutaan, akankah Samsung mampu meraih kembali keuntungan yang sempat ia rasakan dalam kurun 3 tahun terakhir, ataukah akan tergusur siklus 5 tahunan seperti yang dialami Nokia dan BlackBerry?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H