Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Menterinya Mas Nadiem Makarim mendorong kepada Guru di Indonesia untuk mengubah pola ujian di sekolah berbasis Pilihan Ganda. Hal ini dikarenakan dengan sistem Pilihan Ganda (PG) membuat peserta didik tidak mengalami perubahan paradigma, artinya saat mengerjakan soal tersebut peserta didik lebih mengedepankan paradigma asal tebak dan kurang berfikir.
Hal demikian bisa saja terjadi mengingat soal berbentuk Pilihan Ganda (PG) tingkat berfikirnya rendah, apalagi jika dalam pembuatan soal kadang-kadang terdapat soal yang narasinya panjang sekali dan pilihannya juga panjang, sehingga peserta didik malas lama-lama berfikir dan pada akhirnya hanya tebak-tebakan saja
Di era persaingan yang cukup cepat sekarang ini pola berfikir tebak-tebakan sangat berbahaya, karena selain dituntut bekerja cepat, berfikir juga dituntut untuk cepat. Berfikir cepat salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan membaca dan berbicara secara teratur dan keteraturan tersebut diawali dari proses yang panjang dan perlu latihan yang kontinyu.
Dengan memberikan soal yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya maka peserta didik akan memperoleh kepuasan dan juga mengolah kemampuan berfikirnya dalam mengeksplorasi potensi dan kemampuan yang ia miliki.
Semoga keinginan Mas Menteri dapat terwujud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H