Mohon tunggu...
Didi Junaedi
Didi Junaedi Mohon Tunggu... -

saya adalah kehidupan yg tidak lebih misterius dari fatamorgana kehidupan itu sendiri,\r\njdi jika anda bertanya siapa saya,\r\nanda hanya perlu hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkinkah Ini Sebuah Kiasan

18 Agustus 2012   04:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345265653258822013

Dingin begitu dingin sayang, dingin entah kata apa yang pantas tuk mengungkapkan apa yang terjadi, dingin begitu dingin sayang aku menggigil laksana sakaratul maut hanya dengan sentuhan lembut sikapmu yang tak dapat aku pahami, bagai sentuhan magis yang meruntuhkan tembok berlin, satu kata yang kamu ucapkan saat itu seperti pukulan telak bagi pasukan napoleon yang takluk di pertempuran waterloo, begitu keras menghujam hati ini seakan mengisyaratkan siapa diri ini disisimu, mungkinkah ini sebuah kiasan sayang atau benar begitu dingin rasa ini. Sebegitu indahkah dirimu kasih hingga hanya dengan hembusan napasmu aku luluh lantak laksana kekaisaran byzantium menyerah kepada turki ottoman di luar akal sehat sungguh, tapi itulah cinta. Sekejap kamu acuhkanku terasa kau bawa seluruh hidupku, kasih mengertikah kamu, kini separuh aku adalah kamu, bukan aku mengemis bukan pula aku terlalu berharap hanya saja kamu telah menjadi candu untukku sayang, hingga tak ada satu detikpun aku lewatkan tanpa memikirkanmu, mungkinkah ini sebuah kiasan bagimu.

Aku bisa saja berhenti menyapamu, tapi tidak untuk magnitudo hatiku akan terus mengarah ke hatimu, aku bisa saja menghilang dalam waktu tapi takan mampu menyembunyikan rasa sayangku yang hanya untukmu, mungkinkah ini sebuah kiasan bagimu , entah.

Kini kamu memilih menjadi misteri layaknya peradaban atlantis, misterius namun begitu indah, ingin sekali aku menguak semua misteri dirimu layaknya para peneliti peradaban atlantis atau setidaknya seperti aryso Santos meskipun debatable namun masih bisa mengungkapkan “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization”. tidak demikian denganku keluh rasanya bibir ini tuk sekedar berucap apakah aku masih menjadi sebuah pertanyaan bagimu tidak cukupkah rasa sayangku selama ini, atau mungkinkah ini sebuah kiasan bagimu sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun