Mohon tunggu...
Didi Eko Ristanto
Didi Eko Ristanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hamba Allah Subhanahu wa ta'ala

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tempat Nongkrong Paling Enak

8 November 2014   16:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:19 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa pemuda barangkali menganggap bahwa tempat nongkrong paling enak di mall, kafe, emperan jalan atau yang warga Jogja di perempatan Malioboro. Masing-masing orang punya favorit sendiri tetang tempat nongkrongnya. Yang hobi mancing tempat nongkrongnya ya di tepi-tepi sungai. Yang hobi nonton bola ya stadion. Hobi dan kegemaran sangat menentukan lokasi nongkrongnya.

Namun setelah perjalananku dari masa remaja hingga saat ini sudah punya anak dua, saya merasa bahwa tempat nongkrong paling nyaman adalah majelis pengajian. Dahulu waktu SLTP saya suka sekali jalan-jalan ke ngasem sekedar cari cemilan, makan burjo atau jalan-jalan ke benteng di belakang Pasar Ngasem Jogja. Mendekati SLTA mulai suka pergi ke tempat-tempat game dan rental PS. Lalu usia SLTA agak sering berpetualang ke berbagai tempat di Jogja. Dari stadion, kolam renang, rumah teman hingga asrama santri wanita. Pernah pula nongkrong bahkan menginap di rumah para pelukis Jogja.

Tetapi beranjak dewasa berbeda lagi tempat nongkrongnya. Usia-usia kuliahan saya lebih mendekat ke agama. Saya lebih suka kumpul-kumpul bersama teman-teman yang cenderung taat beragama. Maka tongkrongan favorit adalah masjid. Main dan tidur di kamar teman-teman yang menjadi takmir masjid. Hitung-hitung bisa dapat kos gratis. Begitulah mahasiswa yang merangkap jadi takmir. Dari pergaulan dengan mereka maka jadi senang pula mengikuti pengajian.

Sekarang sudah punya anak dua. Kegemaran duduk di majelis pengajian semakin hari semakin kuat. Rasa lelah karena rutinitas mengajar di SD akan sirna di tempat pengajian. Ada banyak nasehat kebaikan. Nasehat tentang kematian, nasehat tentang dunia yang fana, nasehat tentang akhlak yang baik dan nasehat-nasehat lain yang membuat hati bergetar dan semakin ingin dekat dengan Tuhan.

Umar bin Khattab pun pernah bertutur bahwa kalau bukan karena tiga hal niscaya dia tidak betah lagi hidup di dunia dan lebih suka mati. Ketiga hal yang membuat dia betah hidup di dunia adalah shalat di sepertiga malam yang terakhir, mendengar kajian ilmu agama dan duduk bersama orang-orang shaleh.

Saya prihatin dengan orang-orang yang tidak tertarik dengan pengajian ilmu agama. Semua ilmu selain ilmu agama akan sirna bersama dengan sirnanya dunia. Tetapi efek dari ilmu agama yang diamalkan pemiliknya akan menemani pemiliknya menghadap Tuhannya. Ilmu bermain sepakbola, ilmu bermain musik, ilmu seni dan lainnya sama sekali tidak bisa menolong apa-apa di dalam himpitan tekanan tanah kubur. Hanya ilmu agama yang diamalkan dengan ikhlas saja yang akan berguna dan memberikan kebahagiaan.

Indahnya pengajian ilmu agama Islam. Seandainya para raja dan presiden tahu bagaimana manisnya ilmu ini niscaya mereka akan mengerahkan bala tentaranya untuk merebut rasa itu dari dada para ulama. Seandainya para milyader tahu bagaimana lezatnya ilmu ini niscaya mereka akan membayar berapapun untuk membeli rasa itu. Tapi itulah, saat ini mendekati Hari Kiamat ilmu agama dilupakan. Masjid-masjid sepi seperti kuburan dan kuburan malah ramai oleh para pemburu berkah. Majelis pengajian sunyi sedangkan konser dangdutan ramai berjubel.

Biarlah orang-orang berebut mengejar dunia yang akan binasa ini tetapi bagiku majelis pengajian tetaplah yang memberiku kebahagiaan. Biarlah orang-orang terombang-ambing dengan berbagai tren dan mode, saya lebih memilih menjadi orang yang ketinggalan zaman karena lebih menikmati pengajian. Biarlah saya tidak tahu lagu terbaru apa yang lagi terkenal, film apa yang terbaru, atau artis apa yang lagi naik daun asalkan saya tetap setia dengan majelis pengajian. Mendengar nasehat dan teguran dari Tuhan melalui Al-Qur’an. Mendengar wejangan menyejukkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagiku majelis pengajian adalah surga sebelum surga yang sesungguhnya. Terima kasih para ulama, terima kasih para ustadz, terima kasih para da’i dan terima kasih para guru ngaji. Mudah-mudahan Allah Ta’ala memberkahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun