Anggaplah menulis sebagai perbuatan. Dan setiap perbuatan akan ada efeknya. Baik itu berpahala ataukah berdosa. Maka menulislah sesuatu yang bermanfaat. Jari-jari tangan yang kita gunakan untuk mengetik adalah pemberian Allah. Otak yang kita gunakan untuk berpikir adalah hadiah dari Allah dan bukan muncul dengan sendirinya. Mata yang kita gunakan untuk melihat layar monitor juga bukan dari nenek kita, melainkan dari Allah Yang Maha Pencipta.
Maka hati-hatilah menggunakan mata, otak dan jari saat menulis dan meluncurkan artikel di Kompasiana. Tulisanmu akan ditanyakan di Hari Kiamat. Saat setiap kita berdiri di hadapan Tuhan dan Tuhan menanyakan segala amal perbuatan kita saat masih hidup di dunia. Saat itu pula Tuhan akan menanyakan tulisan-tulisan kita baik di Kompasiana, blog, FB maupun media sosial lainnya.
Maka santunlah dalam menulis. Karena kita ini manusia yang kalau orang lain berkata kasar pada diri kita dan ibu kita pasti kita tidak akan terima. Santunlah mengkritik penguasa, karena mereka adalah pilihan Allah melalui sebuah sistem pemilu. Berilah masukan pada mereka dengan bijak dan doakan mereka agar senantiasa berada di jalan yang lurus.
Nyawa kita bisa melayang tetapi tulisan kita tetap akan terbaca. Maka takutlah pada Allah jika tulisan kita berisi keburukan atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Karena dosa itu akan beranak pinak seiring dengan dosa yang kita ajarkan melalui tulisan. Sebaliknya bila tulisan kita membawa manfaat yang banyak pada orang, saya berdoa mudah-mudahan pahalanya akan terus mengalir pada penulisnya meskipun si penulis telah terpendam di dalam tanah.
Menulislah dengan hati yang jernih. Tanpa kedengkian, kesombongan dan kecongkakan. Menulislah dengan hati yang penuh kasih sayang tanpa ada rasa ingin menjatuhkan, mendengki atau ‘membunuh’ karakter seseorang. Menulislah dengan niat ibadah karena tugas setiap jin dan manusia adalah untuk ibadah. Ya, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju tugas jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Kebenaran kata-kata ini akan terbukti saat kita semua dijemput Malaikat pencabut nyawa. Malaikat yang memisahkan kita dengan rumah, menceraikan kita dari pasangan, melengserkan paksa kita dari jabatan, merampas kita dari harta, melemparkan kita dari kasur yang empuk menuju tanah yang bisu.
Bertakwalah kepada Allah dalam menulis. Takutlah akan hati yang tersakiti dan terdzalimi saat menulis. Orang yang bangkrut adalah orang yang pulang menghadap Allah dengan membawa pahala shalat, puasa, sedekah, haji yang sangat besar, lalu kemudian datanglah orang-orang yang dia sakiti mengambili pahalanya. Hingga bila pahalanya telah habis, sementara orang yang terzalimi masih banyak, maka mereka melemparkan dosanya kepadanya pelaku kezaliman tersebut. Maka bertakwalah kepada Allah dalam menulis. Jangan sampai ada hati yang tersakiti.
Kompasiana adalah nikmat Tuhan yang harus kita syukuri. Gunakan untuk kebaikan, gunakan untuk menebar manfaat, gunakan untuk silaturahim, gunakan untuk beribadah. Takutlah kepada Allah dari salah tujuan, sehingga membawa petaka bagi pelakunya. Mari kita berjuang dengan menulis di Kompasiana untuk kebaikan negeri kita, terbebasnya dari dosa-dosa, majunya pendidikannya, dan bagusnya moral-moralnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H