Mohon tunggu...
Didi Eko Ristanto
Didi Eko Ristanto Mohon Tunggu...

Hamba Allah Subhanahu wa ta'ala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudah Haji Kelakuan Tak Berubah

6 Desember 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:15 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jumlah jama’ah haji di Indonesia semakin bertambah. Orang yang saat ini bergelar haji sudah semakin banyak dibanding zaman orde lama juga orde baru. Semakin banyak orang yang mampu membiayai dirinya pergi haji. Bahkan terakhir saya dengar bahwa antrean haji saat ini sudah sampai 2026. Ini sungguh gawat. Orang yang berkemampuan finansial pas-pasan seperti saya barangkali kalau besok diberi rezeki untuk bisa daftar haji berangkatnya menunggu sangat lama. Nanti malah keburu kiamat belum juga mencicipi rasanya pergi haji. Na’udzubillah min dzalik.

Tapi yang saya heran, banyak haji di Indonesia tapi angka dosa besar dan kriminalitas juga meningkat tajam. Yang namanya kemusyrikan, pembunuhan, perzinaan, perampokan, korupsi, narkoba dan penipuan marak di mana-mana. Di antara mereka yang melakukan dosa-dosa besar tersebut adakah yang begelar haji? Mudah-mudahan tidak ada. Tapi kalau dosa korupsi yang kata kasarnya MALING uang rakyat, kayaknya tidak sedikit yang sudah bergelar haji. Silahkan cek riwayat hidup para tersangka koruptor tesebut, sudahkah mereka pergi haji.

Memang, sudah sejak dulu kala paradigma masyarakat kita sudah sangat kuat menganggap bahwa orang yang sudah haji itu sudah hebat, sudah shaleh, sudah sangat dekat dengan Allah Ta’ala dan layak jadipanutan. Sehinggatidak afdhol seandainya tidak memanggil Haji di depan namanya. Pak haji, bu haji, bang haji, bung haji, nyai haji dsb. Padahal penyematan gelar haji itu tidak mendapat contoh dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pemberian gelar haji hanya adat saja. Saya punyateman yang kuliah di Arab sudah pergi haji nggak dipanggil haji. Bahkan saudari saya yang jadi TKW di Arab sudah pernah haji tapi pulang ke Indonesiatidak dipanggil bu haji atau hajjah. Barangkali mereka berangkatnya nggak selametan dulu dengan masyarakat. Jadi masyarakat tidak merasa perlu memanggil haji.

Haji merupakan sebuah ritual ibadah yang termasuk rukun Islam yang ke lima. Dan tujuan dari haji adalah untuk mendapat ridha Allah. Sehingga predikat haji yang mabrur ditujukan bagi mereka yang hajinya Allah terima. Indikator nyata dari haji yang mabrur adalah pribadinya semakin baik, semakin shaleh dan semakin bertakwa. Shalat jama’ah rajin, zakat dan sedekah semakin sering, suka menolong yang lemah, ucapannya baik, rendah hati dan dosa-dosa dia jauhi.

Jadi bukan untuk mencari gelar haji atau tambahan huruf H atau Hj di depan nama. Apa jadinya kalau semua ibadah mesti diberi gelar. Misalkan nama saya menjadi Sy. S. Z. P. H. Didi Eko Ristanto,sebagai pemberian gelar karena sudah Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Repot bukan?Dan yang seperti ini rawan sekali untuk terkena penyakit riya’ atau pamer.

Jadi jangan silau dengan gelar haji. Derajat seseorang dalam pandangan Allah bukan karena gelar hajinya tapi karena takwanya. Tukang becak yang bertakwa, takut kepada Allah dan jauh dari dosa itu lebih baik daripada haji yang korupsi. Lebih parah lagi, dia berangkat haji dengan harta hasilkorupsi. Ini sama sekali tidak berfaedah. Orang yang haji ataupun sedekah dari hasil korupsi itu seperti orang yang mencuci baju dengan air kencing. Mencuci baju itu perbuatan baik, tapi air kencing itu najis. Jadi bukannya kebersihan baju yang dia dapat, malah semakin kotor dan pesing bajunya. Haji dan sedekah itu perbuatan baik, tapi kalau ongkosnya dari hasil nyolong? Bukannya semakin bersih jiwanya, malah akan semakin kotor ruhaninya dan rusak agamanya.

Maka nasehat dari saya buat mereka yang mau haji atau sudah haji dan bisa merubah perilakunya sesudah pulang haji adalah :

1.Carilah harta dengancara yang halal. Pastikan yang dia makan adalah hasil dari kerja yang halal. Lalu segala biaya haji pastikan halal sumbernya.

2.Ikhlaskan niat hanya karena mencari ridha Allah semata. Bukan untuk meraih gelar haji. Maka kalau kelak nama Anda kelupaan tidak dipanggil haji jangan marah.

3.Pahami segala ilmu tentang haji. Hafalkan dengan baik doa-doanya.

4.Minta maaf pada orang-orang sekitar barangkali ada dosa dan kesalahan yang Anda lakukan pada orang-orang terutama kedua orang tua. Ini untuk kebersihan diri sebelum berangkat haji. Dan Anda juga tidak bisa menjamin di Arab sana pulang dengan selamat ataukah wafat.

5.Ikuti prosesi haji dengan baik, khusyuk dan penuh semangat. Jauhi bermalas-malasan di hotel. Sebaiknya lebih banya menghabiskanwaktu di masjid. Kalau ada pengajian di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, ikuti dan serap ilmunya.

6.Berdoalah di tempat-tempat mustajab minta kepada Allah supaya Anda menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.

7.Jauhi kata-kata negatif selama haji dan sepulangnya.

8.Sepulang haji, usahakan shalatlima waktu selalu dikerjakan di masjid. Shalattahajud dijaga baik-baik.

9.Santuni fakir miskin dan selalu menjaga kedekatan dan keakraban dengan mereka. Perhatikan kondisi mereka dan bantulah walaupun mereka tidak meminta.

10.Hadiri pengajian-pengajian. Dengarkan nasehatpara ustadz. Tambah ilmu agamanya dan rajinlah membaca buku agama. Bacalah qur’an dengan maknanya dan baca juga hadits-hadits nabi.

11.Jauhi dosa dan maksiat. Jauhi tempat-tempat maksiat. Dan jauhi pula teman-teman yang berpotensi mengajak dosa dan maksiat.

12.Terakhir, pergi haji cukup sekali saja. Selanjutnya uang kelebihan yang Anda miliki dermakan untuk kepentingan sosial dan dermakan untuk kemajuan kegiatan agamadan kemajuan pendidikan. Bahasa agamanya adalah dermakan harta Anda untuk fi sabilillah. Ataubisa juga untuk menghajikan orang lain. Menghajikan saya juga boleh (ha..ha..ngarep). Intinya pergi haji cukup satu kali. Selanjutnya umrah saja bila Anda rindu kembali ke bumi Mekah.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bemanfaat dan mampu memberi pencerahan agar para haji kita sepulang haji makin perilakunya dan shaleh pribadinya. Bahkan saya berharap para haji juga mampu menshalehkan keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Sehingga semakin bertambah para haji di Indonesia mestinya semakin baik moral dan ahlak masyarakatnya.amin ya abbal ‘alamin.(Didi EkoRistanto)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun