Masyarakat perkotaan memang identik dengan mobilitas yang tinggi. Untuk mendukung tingginya mobilitas masyarakat tersebut tentunya harus didukung dengan sarana transportasi publik yang bisa memfasilitasi dari segi kenyamanan, keamanan, harga, hingga soal efisiensi waktu tempuhnya.
Ternyata tidak hanya sampai di situ saja, sebuah transportasi publik diharapkan juga bisa lebih hemat energi dan ramah lingkungan.
Sebagai salah satu moda transportasi publik, kereta api menjadi moda transportasi massal yang efisien, hemat energi, ramah lingkungan, dan aman. Jika dibandingkan misalnya saja sebuah kereta angkutan batubara dengan kapasitas 3.000 ton dengan jarak tempuh 409 km hanya membutuhkan 4.629 liter BBM. Jauh lebih efisien dibandingkan truk yang membutuhkan 22.125 liter untuk kapasitas yang sama. Untuk itu, dukungan Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah penting untuk transportasi kereta api di Indonesia.
Sebagai komitmen untuk mendukung efisiensi transportasi massal di Indonesia, KAI memastikan bahwa penggunaan BBM bersubsidi di sektor perkeretaapian tepat sasaran. Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam meningkatkan mobilitas masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Kuota BBM bersubsidi tahun 2024 untuk KAI diatur dalam SK Kepala BPH Migas Nomor 53/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024, yang menetapkan alokasi 196.653 (Seratus Sembilan Puluh Enam Ribu Enam Ratus Lima Puluh Tiga) kiloliter (KL) untuk kereta api umum penumpang dan barang.
Lebih detail, untuk Kereta Api Penumpang dialokasikan sebesar 172.849 KL (Seratus Tujuh Puluh Dua Ribu Delapan Ratus Empat Puluh Sembilan Kiloliter). Kereta Api Barang Komoditas Klinker sebesar 1.050 KL (Seribu Lima Puluh Kiloliter). Kereta Api Barang Komoditas Parcel sebesar 2.529 KL (Dua Ribu Lima Ratus Dua Puluh Sembilan Kiloliter). Kereta Api Barang Komoditas Peti Kemas sebesar 15.539 KL (Lima Belas Ribu Lima Ratus Tiga Puluh Sembilan Kiloliter). Dan untuk Kereta Api Barang Komoditas Semen sebesar 4.686 KL (Empat Ribu Enam Ratus Delapan Puluh Enam Kiloliter).
Mungkin juga yang belum tahu kalau saat ini angkutan barang berbasis rel baru mencakup 2% saja dari total angkutan barang jalur darat di Indonesia. Berkolaborasi dengan BUMN lain seperti PT BA dan PLN, KAI berperan penting dalam mendukung jalur distribusi batubara pembangkit listrik di Jawa dan Bali. Serta bersinergi dengan BPH Migas untuk memastikan distribusi BBM subsidi bisa berjalan lancar dan tetap sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Tak hanya untuk persoalan angkutan barang saja, BBM Subsidi KAI juga meningkatkan mobilisasi angkutan penumpang. Tercatat kinerja positif angkutan penumpang KAI Group dari Januari hingga Oktober 2024 ada 378.998.962 penumpang yang dilayani. Dengan rincian, 42.767.683 penumpang yang dikelola KAI, 309.694.220 penumpang dikelola KAI Commuter, 16.858.617 penumpang yang dikelola LRT Jabodebek, 4.889.754 penumpang dikelola KCIC, 4.667.314 penumpang yang dikelola KAI Bandara, dan 121.374 penumpang dikelola KAI Wisata.
Terkait on time performance keberangkatan kereta api dari Januari hingga Oktober 2024 mencapai rata-rata 97,95 persen atau meningkat dibanding periode yang sama pada tahun 2023 yaitu 96,87 persen. Sementara untuk on time performance kedatangan mencapai 94,68 persen atau meningkat signifikan dibanding rata-rata ketepatan waktu kedatangan pada tahun 2023 di periode yang sama yaitu 82,52 persen