Di abad ini kata-kata seperti tidak ada maknanya, banyak dari lisan-lisan yang berucap namun minim esensi. Kata-kata hanya dijadikan modal untuk "jualan" namun nihil pengalaman. Dalih untuk berdiskusi dengan berbagai materi hingga lalai dengan isi yang seharusnya digali.  Padahal dalam firman Allah, "dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya" (Qs. Asy-Syuara':226).Â
 Ternyata sungguh sulit lisan ini untuk terdiam, membuka perlahan guna menyampaikan sekelumit kalimat yang syarat makna, apa mungkin benar kata pepatah yang mengatakan "mulutmu harimau-mu", barang siapa yang tidak menjaga lisannya maka akan tersesat atau dirugikan dengan perkataannya sendiri.Â
Seakan tersentil dengan perkataan Imam Sya'rawi, "Dia yang tidak menghidupi dirinya sendiri, tidak layak bicara dengan bebas". jika kita renungkan dengan apa kita dapat menghidupi diri kita sendiri yang sejatinya adalah hamba yang faqir dan dhoif (lemah). Maka dengan modal ini, apakah kita pantas untuk menyombongkan diri ? jika setitik ilmu saja masih menjadi pemberianNya, semestinya tidak ada celah bagi seorang hamba untuk merasa jumawa diatas siapapun.Â
Di era sekarang ini, banyak masyarakat minim literasi. Sedikit informasi sudah dijadikan dalil, kemudian dishare kemana-kemana, ditelan mentah-mentah tanpa berpikir untuk mengkaji ulang guna mencari kebenarannya. Siapa tahu kita keliru, atau malah menyesatkan. Begitulah lisan, jika sudah dikasih panggung pun sulit berhenti.Â
Diawal berniat untuk membagi informasi, lama-lama berkeinginan untuk didengarkan, menggali seberapa jauh pengetahuan yang kita punya guna dipamerkan kepada khalayak ramai. Mungkin seharusnya kita tersadar bahwa pengetahuan kitapun terbatas, merasa sangat tahu padahal ada Maha yang lebih tahu. Ibarat "Lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, maka habislah lautan itu sebelum selesai penulisan, meskipun Kami datangkan sebanyak itu pula" (Q.S Al-Kahfi:109).Â
Modal apa yang kita gunakan untuk menandinginya ?, padahal berabad-abad yang lalu seorang filsuf Yunani Socrates telah membuat pernyataan yang fenomenal hingga abad ini, yakni "Aku tahu bahwa aku tidak tahu". Sungguh berat tantangan manusia dimasa kini, ketika ilmu mudah dicari namun sulit untuk diamalkan. Ilmu yang bermanfaat bukan yang dihafal, namun yang diamalkan. Ilmu yang menghasilkan ketaatan (Imam Syafi'i). Tentu kita harus lebik bijak dalam menyampaikan argumen, ataupun informasi kepada khalayak ramai, karena individu yang bijak akan berhati-hati terhadap lisannya. Setiap ilmu yang tidak mengantarkan ke akhirat, maka bodohnya lebih baik. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI