Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

The Marylebone, Wok to Walk dan Sherlock Holmes

22 Desember 2024   21:41 Diperbarui: 22 Desember 2024   21:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan di Inggris #15 The Marylebone, Wok To Walk & Sherlock Holmes

Senin, 14 Oktober 2024 seusai napak tilas di University of Warwick, jam 17-an langsung ke Coventry Train Station. Jam 17.20 kode QR tiket ditap ke mesin pembaca kode di depan peron, ternyata ditolak, dan ketika ditanyakan ke petugas, dia mengatakan bahwa bisa diulang tapnya 10 menit lagi. Rupanya 30 menit sebelum keberangkatan, penumpang baru bisa masuk peron. Sambil menunggu jam 17.30, kami masuk dulu ke Greggs, toko makanan kecil dan kopi di sebelah kiri pintu masuk. Setelah membayar snack kentang menggunakan contactless card, kami mencoba lagi tap kode QR dan ternyata sudah bisa masuk. Tidak lama menunggu karena kereta sudah siap membawa kami ke Marylebone Station London. 

Perjalanan menggunakan kereta ini akan menjadi yang terakhir untuk kunjungan ke UK kali ini. Perjalanan memakan waktu 110 menit dalam cuaca yang agak mendung dan menjelang gelap. Kereta berjalan cepat dan pemandangan semakin gelap karena waktu menunjukkan jam 19.50 waktu tiba di Marylebone. Rasanya beruntung berada di Marylebone yang sering disebut sebagai Marylebone Village, artinya bagian dari kota metropolitan London yang terasa sebagai suatu kampung atau dusun, karena memang suasana yang hening, jalan-jalan raya yang tidak ramai dengan para penduduknya yang saling akrab. Di gambar di bawah ini adalah salah satu ikon kampung Marylebone yaitu gedung Queens Head yang sudah ada sejak tahun 1863.

Marylebone Village - Credit to Tagvenue
Marylebone Village - Credit to Tagvenue

Keluar dari peron langsung berjalan ke arah selatan, berjalan kaki sekitar 5 menit dan tiba di Traveloge hotel yang telah dibook sejak dari Indonesia. Tidak lama berurusan dengan resepsionis, kami langsung masuk ke kamar di lantai 2. Lihat-lihat fasilitas kamar dan langsung bersantai dulu beberapa saat.

Traveloge hotrl - Credit to London Hotels
Traveloge hotrl - Credit to London Hotels

Ingat bahwa pada waktu datang pertama kali ke London, kami menitipkan koper besar 2 buah di stasher (tempat penitipan koper) di Baker Street sekitar 1 km dari Traveloge. Sebelum mengambil koper, kami pikir lebih baik untuk makan malam dulu. Jadi setelah santai sejenak di kamar, turun ke lobby, langsung menuju arah utara menyusuri pinggir jalan menuju Baker Street. Setelah berjalan menyusuri Lisson Grove setelah sebelumnya melewati Marylebone Station lagi, kami sampai ke Baker Street. Ke arah kiri di Baker Street menuju Stasher, ke kanan, masih Baker Street juga, menuju Wok to Walk tempat untuk makan malam.

Chiltern Court, Kampung Marylebone - Credit to Loopnet
Chiltern Court, Kampung Marylebone - Credit to Loopnet

Tentu kami ambil arah kanan dan tiba di Wok to Walk jam 20.30. Sesampainya di resto, kami ambil tempat duduk dan mulai melihat bahan-bahan yang bisa dipesan untuk dibuat masakannya. Wok to Walk, orang menyebutkan semacam Asian Street Food (makanan Jalanan Asia), menyajikan makanan panas dan cepat saji dengan menu seusai keinginan kita. Bahan-bahan yang bisa dipilih dari mulai nasi, mi, sayuran, daging dan beragam bahan lainnya. Memasaknya di atas wajan panas dengan tambahan saus, sambal dan bumbu. Memasaknyapun merupakan bagian dari atraksi tersendiri sebelum kita menikmati hidangan, dan dengan tagline Cook with Lightning! (memasak dengan kilat!). Mungkin serupa dengan cara memasak chinese food yang menggunakan api besar dan wajan yang panas tentunya. Restonya sendiri kasual dan sederhana dan menerima pesanan melalui Uber Food juga, selain kita bisa menikmatinya di resto.

Cook food at WtW - Credit to Wok The Walk
Cook food at WtW - Credit to Wok The Walk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun