Dunia kita mengalami Discontinuous Change (Perubahan Terputus)Â
Penulis berada di Inggris selama 11 hari, berkeliling dan mencoba beradaptasi dengan beragam situasi. Yang biasa dilakukan di Indonesia adalah berbelanja di pasar swalayan dengan mengumpulkan produk yang dibeli memakai keranjang. Penulis masuk ke Sainsbury (salah satu jaringan swalayan di UK). Ketika selesai, langsung mencari kasir. Dicari-cari ada meja kasir tetapi tidak ada orangnya. Di dekatnya ada scanner dan alat pembayaran berbentuk kotak dengan tanda kartu. Setelah bingung sejenak, langsung coba scan barang yang dibeli, sambil perlahan-lahan melihat instruksi di layar yang ada, sampai pada tahap pembayaran, penulis menggunakan kartu dengan tanda contatless. Selesai, langsung dibawa keluar dalam kantong belanja. Tak ada kasir, tak ada petugas !Â
Penulis mengalami perbedaan signifikan cara membayar belanjaan dari yang biasanya dilakukan. Mengapa berbeda? Hal ini bukan hanya soal tidak adanya petugas di kasir, tapi ada rasa bahwa pemilik toko percaya Anda membayar dengan betul apa yang Anda beli. Anda merasa dipercaya tanpa harus diuji terlebih dahulu. Meskipun sesungguhnya ada kamera cctv yang mengawasi Anda. Hal ini pun terjadi di toko yang lebih besar di mana kasir mandiri sejenis jumlahnya lebih dari 10. Ini adalah discontinuous change (perubahan terputus)
Kita memahami bahwa perubahan itu umumnya sesuatu yang gradual atau bertahap yang terjadi baik dalam kehidupan organisasi maupun pribadi. Perubahan seperti ini umumnya terjadi perlahan namun konstan dan seringkali perbedaan yang signifikan dari satu tahap ke tahap lain tidak terasa.
Sementara Perubahan Terputus (Discontinuous Change) adalah perubahan yang tiba-tiba, perpindahan yang drastis atau transfromasi dramatis yang terjadi dalam suatu sistem kerja dalam organisasi. Perubahan yang terjadi biasanya bisa langsung terlihat dan dirasakan. Perubahan ini dapat berdampak langsung terhadap beragam aspek organisasi, termasuk strategi, sttuktur, sistem dan kultur (disarikan dari the Age of Unreason tulisan Charles Handy).Â
Ada istilah disrupsi yang didefinisikan sebagai gangguan yang menyebabkan perubahan drastis dalam kehidupan atau organisasi. Teori disrupsi pertama digagas oleh Clayton Christensen di tahun 1995 melalui tulisan yang diterbitkan di Harvard Business Review. Penulis memandang disrupsi mengarah pada model inovasi yang menjadi pengganggu situasi yang sudah mapan dan menyebabkan perubahan drastis; sementara Discontinuous Change (Perubahan Terputus-putus) adalah proses perubahan yang terjadi secara cepat dan dramatis karena adanya perkembangan kebutuhan.
Jadi perubahan ada yang berkelanjutan (Continuous Change) dan Perubahan Terputus (Discontinuous Change). Lalu apakah perbedaan yang nyata antara kedua jenis perubahan tersebut? Tabel di bawah ini memberikan pembedaan yang jelas.
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa Discontinuous Change ini sering membuat ternganga orang yang hidup pada zaman kini, terutama dari generasi yang dilahirkan bukan pada zaman kini. Untuk memahaminya ada kelompok generasi yang disusun oleh The Center for Generational Kinetics, yaitu:
- Generasi the Greatest – lahir tahun: 1901 – 1924
- Generasi the Silent – lahir tahun: 1925 - 1945
- Generasi Baby Boomer – lahir tahun: 1946 – 1964
- Generasl X – lahir tahun: 1965 – 1979
- Generasi Millenial – lahir tahun: 1980 – 1994
- Generasi Z – lahir tahun: 1995 – 2012
- Generasi Alpha – lahir tahun: 2013 - 2025
Menurut The Center for Generational Kinetics, suatu generasi adalah orang-orang yang lahir pada rentang waktu tertentu di suatu daerah yang sama. Generasi ini cenderung menunjukkan karakteristik, selera dan nilai-nilai yang relatif serupa karena secara umum mereka mengalami pengalaman hidup yang sama pada satu titik tertentu.