Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

UK - Tunggu, Saya akan Datang!

27 September 2024   10:47 Diperbarui: 27 September 2024   12:30 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

7 Hari Sebelum Perjalanan ke UK

Ada rasa galau, rasa meluap-luap, rasa tidak sabar dan beragam rasa lainnya. Semua perasaan timbul menjelang keberangkatan ke Inggris Raya (The United Kingdom) di awal Oktober 2024. Perjalanan ini merupakan perjalanan wisata, namun bagi penulis adalah napak tilas sewaktu bersekolah paska sarjana di The University of Warwick, Coventry, Midland 35 tahun yang lalu. Menulis di sini, siapa tahu ada yang satu almamater dengan penulis.

Dahulu, tentu banyak perbedaan di UK dibanding saat ini. Perubahan adalah suatu keniscayaan. Kita tahu bahwa semua berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Menarik untuk melihat perubahan apa yang akan dilihat dan dirasakan oleh penulis. Yang terjadi di negara kita tentu tidak akan jauh berbeda dengan yang terjadi di negara Inggris, karena adanya internet dan juga media sosial dan sumber sumber berita lainnya. Barangkali penulis akan membayangkan apa yang terjadi di waktu itu dan melihat apa yang ada di Indonesia.

Alat Komunikasi

Untuk bidang ini mungkin yang paling berbeda antara dulu dan sekarang. Waktu penulis belajar di tahun 1988-1989, cara menelepon keluarga adalah melalui telepon umum yang waktu itu banyak di mana mana termasuk di kampus. Penulis menelepon ke istri dan anak yang saat itu masih sangat kecil, namun sudah bisa berkomunikasi secara singkat, menghabiskan koin sebanyak 20 poundsterling dalam waktu hanya sekitar 20 detik. Yang bisa dikomunikasikan adalah rasa kangen dan menyapa beberapa kali. Sesudah itu selesai dan waktu itu sudah cukup.  Sesungguhnya sudah ada skype, namun fasilitas dan jaringan di Indonesia belum memadai. Jadi sebelum mulai menelepon, penulis menyiapkan dulu koin sebanyak 20 buah masing-masing 1 pound dan siap siap, barulah menelepon pada waktu yang pas, biasanya menjelang malam hari dan di UK siang, karena perbedaan waktu yang 7 jam waktu itu.

Sekarang mesti sama dengan di Indonesia, smartphone mesti dipakai oleh semua orang dan pertanyaannya adalah apakah di Inggris masih ada boks telepon umum atau sudah tidak ada atau hanya menjadi pajangan saja. Mengapa topik ini yang pertama di bahas, karena memang satu satunya cara menyampaikan kekangenan kita kepada keluarga adalah telepon umum.

Model lain yang juga dilakukan adalah mengirim kartu pos (post card) yang ada gambar lokasi tertentu di Inggris dan dikirim via kantor pos. Dahulu di setiap tempat mesti ada yang menjual kartu pos, sesuatu yang sekarang mungkin sudah jadi kenangan. Penulis memperkirakan Post Cards juga sudah tidak ada lagi. Tapi itu baru perkiraan saja, kenyataannya akan dilihat nanti.

Kereta Bawah Tanah (Underground)

 Crrdit to Mummy Travel
 Crrdit to Mummy Travel

Di London khususnya, kereta bawah tanah yang disebut dengan underground sudah ada sejak lama dan menjadi salah satu alat transportasi yang bisa diandalkan oleh penduduk London. Waktu itu penulis banyak menggunakan underground ketika bepergian di dalam kota London. Ciri khasnya undergound di sana banyak yang turun sampai agak dalam ke bawah tanah, tidak seperti yang di Singapura atau Hongkong yang cenderung tidak terlalu dalam ke dalam tanah. Diperkirakan saat ini jalur dan penghentiannya lebih banyak lagi karena pasti akan selalu berkembang.

Yang jelas moda transportasi di Inggris dulu dan sekarang adalah dapat diandalkan karena tepat waktu dan melingkupi area yang luas di London.

Perilaku dan Budaya Antri

Yang paling khas dari orang Inggris adalah budaya antri di hampir semua aspek kehidupan. Dan itupun terjadi di Indonesia, terutama ketika antri makanan kekinian. Namun pernah juga penulis menyaksikan orang  yang tidak suka mengantri. Ketika dia berusaha mengambil posisi ke depan dan tidak mengantri, kontan orang-orang yang ada di ruangan itu menegur dan cenderung memarahinya. Akhirnya dia tidak merasa nyamandan dia keluar dari ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun