HP Tidak Pakai Aplikasi Mobile Banking pun -- Bisa  Hilang Ratusan Juta Rupiah
Istri saya mendapatkan panggilan telepon grup keluarga. Yang menelepon adalah istri dari Kakak tertuanya. Waktu telepon terhubung tiba-tiba istri kakak tertuanya langsung berteriak sambil menangis dan mengatakan bahwa uang suaminya atau Kakak tertua dari istri penulis yang disimpan di salah satu bank raib ratusan juta rupiah dan hanya disisakan beberapa ratus ribu rupiah saja.
Diceritakan bahwa Kakak tertua istri itu sampai hampir pingsan dan tak bisa berkata-kata. Tatapan matanya kosong dan terlihat sangat pucat, sangat mengkhawatirkan. Bebricara saja tidak sanggup dan hanya terlentang dengan wajah muram dan sesekali memiringkan badannya.
Yang sangat miris adalah karena uang yang hilang tersebut adalah uang warisan dari Ayahnya yang wafat setahun yang lalu. Sebagian uang untungnya (masih juga menyatakan untung) sudah dipindahkan ke rekening 2 anaknya untuk keperluan keluarga anak-anaknya. Jadi uang yang tersisanya lah yang digondol penipu dengan modus penipuan yang akhir akhir ini semakin marak.
Keluarga besar (Ibu, Adik dan kakaknya) tidak pernah menyangka itu terjadi kepada sang kakak tertua.  Semua terpana karena sang Kakak tertua punya rekening hanya satu di satu bank dan hanya menggunakan kartu ATM, tidak menggunakan mobile banking atau sejenisnya. Jadi kenapa kok masih tertipu juga?
Sebelum dilanjutkan kisah nyata Kakak tertua istri atau kakak ipar penulis, baiknya kita lihat dulu beberapa mode penipuan yang terbukti dilakukan dan banyak berhasil melakukan penipuan.
1. Â Permintaan Kode verifikasi OTP (One-Time Password)
Permintaan kode verifikasi OTP (Pasword rahasia dan hanya berlaku satu kali dan berbatas waktu) ini sering memakan korban karena kode ini adalah kode yang ampuh untuk menjalankan perintah dan dianggap kode ini dikirimkan kepada hanya yang berhak. Kode OTP biasanya dihubungkan dengan no. hp atau email dari pemilik rekening. Karena itu di setiap pengiriman OTP kepada pemilik rekening, akan selalu dikatakan untuk tidak sekali sekali menginformasikan OTP kepada siapapun, bahkan kepada petugas bank sekalipun.
Kalau misalnya nomor hp dan email dikuasai oleh yang bukan pemilik rekening dan orang itu punya akses ke rekening seseorang, maka bisa dipastikan apapun bisa dilakukan dan jelas akan merugikan pemilik rekening. Model ini bisa menipu pemilik rekening meskipun dia tidak memiliki mobile banking. Model ini bahkan bisa menggunakan upaya membuat mobile banking pemilik rekening oleh penipu dengan meminta no rek, dan OTP untuk pengesahan perintah di dalam aplikasi mobile bankingnya. Model ini yang dipakai untuk menguras uang di rekening Kakak tertua istri penulis.
2. Â Modus Informasi perubahan tarif transfer bank
Nah ini biasanya menggunakan aplikasi whatsapp dengan menginfokan tentang tarif trasnfer bank melalui aplikasi. Selanjutnya di dalam narasi WA tersebut diminta untuk mengklik tautan persetujuan. Ketika diklik, tautan itu akan mengambil data yang ada di hp pemilik rekening. Tautan itu sebenarnya adalah semacam malware yang siap untuk dimanfaatkan penipu untuk membuka data rekening dan memindahkan dana yanb ada.
3. Â Permintaan klik link atau tautan tertentu
Chatting untuk permintaan mengklik tautan atau link tertentu adalah permintaan dengan beragam sebab. Klik tautan tersebut akan memindahkan data pribadi dan data perbankan Anda kepada pemilik link atau tautan, dan bisa fatal akibatnya. Link yang umum  adalah untuk
- Surat tilang
- Undangan Pernikahan
- Tagihan pengiriman paket
- dll
Tindakan yang harus dilakukan
Jika Anda mendapatkan chattingan atau berita yang masuk ke aplikasi WA, email atau aplikasi lainnya yang banyak dipakai, dan biasanya dikirimkan dari nomor atau alamat yang Anda tidak kenal, maka yang harus Anda lakukan adalah:
- Waspada, Â dan jangan lakukan apapun
- Kembali ke aplikasi dan hapus pesan
- Blokir nomor pengirim -- dengan memblokir nomor itu, maka penipu tidak bisa menghubungi Anda lagi
Kelanjutan Cerita Tertipunya Kakak Tertua
Ternyata kejadian ini didasari oleh keinginan Kakak tertua untuk mendapatkan model deposito yang bunganya tinggi atau paling tinggi untuk mengamankan dan membuat dana dari warisan memberi hasil maksimal. Ketika Kakak tertua mencari-cari informasi via aplikasi ada telepon yang menawarkan apa yang diinginkan, yaitu deposito dengan bunga yang jauh lebih tinggi dari prosentase yang ditawarkan bank secara umum. Karena info ini selaras dengan keinginannya, maka kewaspadaannya hilang.Â
Tanpa dia sadari, penelepon itu 'baik sekali' membantu membuatkan aplikasi mobile banking dari bank tempat rekeningnya dibuat. Karena kewaspadaannya sudah sangat tipis, tanpa rasa curiga, Kakak tertua menurut saja ketika diminta nomor rekening, nomor telepon dan dibuatkan mobile bankingnya. Selanjutnya dijanjikan segera dibuatkan deposito dengan bunga tinggi, da caranya adalah memasukkan dananya ke rekening penampung untuk dibuatkan depositonya.Â
Dengan informasi jumlah bunga yang tinggi dan return yang banyak dari dana yang akan dihasilkan dari deposito tersebut, Kakak tertua dengan ringannya menginformasikan nomor OTP untuk pengiriman dana, sampai 4 kali. Dan ketika sudah selesai, Kakak tertua berharap segera mendapatkan bukti depositonya. Dan sesudah satu hari ditunggu dan dicek ke bank tempatnya menyimpan dananya, ternyata dananya sudah tidak ada. Barulah Kakak tertua menyadari bahwa dia menjadi korban penipuan!.
Kesimpulan
Semakin hari, semakin banyak mode penipuan yang dilakukan orang dan itu akan terus meningkat. Diperlukan kewaspadaan dari kita semua jika ada berita atau chattingan yang tidak biasa dan mencurigakan.
Dengan kewaspadaan, tentu kita tidak akan mudah tertipu dan uang yang kita miliki akan aman. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H