Kecakapan Teknis - Non Teknis
Kinerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia atau human capital, demikian sebutan orang sekarang. Di lembaga manapun, peran sumber daya manusia dipandang sangat penting agar organisasi dapat beroperasi dan bekerja sesuai rencana. Memahami diri sendiri adalah salah satu cara untuk memahami orang lain, di mana kita bisa mempunyai pandangan positif terhadap perbedaan.Â
Ketika suatu organisasi menempatkan seseorang pada suatu posisi, umumnya latar belakang teknis menjadi pertimbangan dominan. Latar belakang pendidikan dan pengalaman terkait menjadi faktor utama. Namun, ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu kecakapan non-teknis yang menjadi faktor utama bahkan menjadi faktor terpenting pada posisi tertentu. Kecakapan non-teknis disini adalah soft skill. Kecakapan ini ditunjukkan dengan  kemampuan memimpin tim, menangani konflik, menghilangkan amarah atau mengelola orang. Soft skill ini juga merupakan kecakapan manajerial.
Syaiful F. Prihadi (2004) menyebutkan bahwa karakteristik pribadi memberi warna pada perilaku yang dapat memprediksi prestasi kerja seseorang. Artinya, karakteristik pribadi dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan pelaksanaan tugasnya asalkan jabatan dan spesifikasinya sesuai dengan karakteristik pribadinya tersebut
Upaya pencocokan antara jenis pekerjaan dan karakteristik pribadi (job match) telah dilakukan oleh para pakar antara lain Myers-Briggs Type Indictor (MBTI), Dr. William Marston (DISC), Keirsey (Artisan, Guardian, Idealist dan Rational), dan Charles Handy (Zeus, Apollo, Athena dan Dionysus).
Para pakar di atas diilhami oleh teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Carl Gutav Jung (1875-1961) dimana manusia terbagi menjadi beberapa tipe dan karakteristik dengan rentang Introvert vs Extrovert; Berpikir vs Perasaan dan Sensasi vs Intuisi. Menurut Jung individu mengandung proses psikologis yang mengintegrasikan aspek-aspek karakteristik yang terbalik seperti antara kewarasan vs kegilaan; kebahagiaan vs kesedihan, kepekaan vs kekhasan. Pada dasarnya individu merupakan pusat dari konsep psikoanalisis.
Dan yang akan dibahas pada tulisan kali ini adalah karya Charles Handy yang membagi manusia menjadi 4 tipe dengan simbol yang terinspirasi dari nama dewa dalam budaya Yunani, yaitu Zeus, Athena, Apollo dan Dyonisus. Nama-nama tersebut secara eksplisit menjelaskan ciri-ciri orang; Zeus yang merupakan raja dewa yang menyukai kekuasaan; Athena sebagai dewi perang yang menyukai tantangan baru; Apollo sebagai dewa kerapian dan Dyonisus sebagai dewa individu namun pintar.
Zeus
Ketika di tempat kerja Anda melihat seseorang yang berbicara cepat, langsung pada intinya, mengambil keputusan cepat, mendelegasikan dengan baik; maka Anda menghadapi Zeus. Dalam banyak situasi, dia mungkin seorang petarung tunggal, dimana tidak ada yang membuatnya takut; senang mengendalikan dan memegang kekuasaan bukan dengan cara yang negatif, maka Anda melihat seseorang yang merupakan raja para dewa. Ia mempercayai orang-orang yang dapat melaksanakan tugas sesuai selera dan standarnya, meskipun standarnya tidak terlalu tinggi. Dia bisa menjadi impulsif dan situasi sulit mungkin akan meningkatkan emosinya. Saat Anda berkunjung ke kantornya, Anda akan menemukan beberapa tanda prestasi berupa sertifikat atau lainnya.
Orang Zeus ini pandai menghadapi tantangan berat dan memanfaatkan orang lain untuk mencapai target. Kita mungkin melihatnya berspekulasi tentang sesuatu, tetapi hal-hal yang mustahil bagi orang lain, bisa menjadi nyata dengan usahanya. Dia suka menang dan benci kalah.
Karakteristik Utama Zeus
Suka kekuasaan dan dominan, impulsif, cepat dalam mengambil keputusan dan suka kemenangan, mempercayai orang dan mendelegasikan dengan baik, pengambil resiko tinggi dan tidak ada yang mustahil baginya.