Orang yang mengenali satu per satu masakan dari sajian makanan di foto di atas tidak mungkin menyangka bahwa menu ini disajikan dan dimasak di tengah gurun pasir, di kota Doha, Qatar.
Pasti banyak yang berpikir kalau di negara Timur Tengah tidak ada goreng jengkol, nasi liwet asin peda, tumis kutang atau Kulit Tangkil (kulit melinjo-menu khas Banten). Tidak akan ada yang menyangka kalau ada tahu tempe bisa dengan mudah didapatkan di negara yang berjarak lebih dari 6000 kilometer dari tanah air.
Dan pastinya juga ada yang berpikir, bagaimana mungkin di Qatar bisa menikmati sambal terasi dan jengkol goreng bertabur kristal putih garam dapur yang asinnya bisa membuat mata berkedip-kedip dan lidah mengecap-ngecap tak terkendali itu?
Comro juga ada di Qatar:
Lalu bagaimana caranya semua komponen dan bahan yang di Indonesia saja kadang langka ini bisa berkumpul di atas meja makan di rumah seorang pekerja migran di Qatar?
Begini faktanya.
Sampai tulisan ini dibuat, ada sedikitnya lima restoran Indonesia di Qatar. Selain satu yang khusus masakan Minang, sisanya menyajikan menu lengkap masakan Indonesia. Lontong sayur, sate, nasi kuning, nasi uduk, semur jengkol, bakso beranak, bakso mercon, bakso aci yang viral, batagor, gado-gado, krecek, gudeg, mie ayam, durian Musang King, bubur ayam, tahu gejrot, martabak keju coklat kacang, sate bandeng, gado-gado sampai seblak bukanlah barang yang langka di Qatar.
Pecel Lele disajikan juga di restoran Indonesia di sini: