[caption id="" align="aligncenter" width="542" caption="sumber: www.voa-islam.com"][/caption]
Jokowi baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai Capres PDIP 2014, Jumat (14/03). Meskipu terdengar janggal karena bukan Megawati ataupun petinggi – petinggi PDIP yang mendeklasikan dirinya, Jokowi tak ambil pusing dan terus melaju menyongsong kursi RI 1 dan meninggalkan tanggung jawab dan sumpahnya sebagai Gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun.
Dulu, semasa menjabat sebagai Walikota Solo, Jokowi selalu menjawab “tidak mikir, tidak mikir” ketika ditanyai terkait pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Begitu juga saat duduk menjadi orang nomor satu ibukota negara, Jokowi kerap menjawab hal yang sama ketika ditodong wartawan pertanyaan seputar pencapresannya.
Dan sebagai warga DKI Jakarta, tentu kita tidak lupa saat masa kampanye Jokowi langsung menyatakan bahwa kabar yang beredar tentang keinginannya maju Capres dengan menjadikan Jakarta sebagai batu loncatan hanya merupakan kampanye hitam lawan – lawan politiknya agar masyarakat ragu memilihnya. Rekaman tentang janji Jokowi tersebut dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=tf-JKItMfNw .
Namun Jokowi berbohong dan menipu semua masyarakat Indonesia yang semula sempat mengagumi sosoknya yang sederhana. Apa yang dilakukannya selama ini tidak lebih dari sekedar pencitraan semata. Begitu juga dengan kebijakan dan program – program kerja yang diklaimnya untuk kepentingan “wong cilik”. Faktanya semua kebijakan Jokowi adalah untuk kepentingan “pendonor” dana kampanye Jokowi selama ini.
Kita masih ingat tentang proyek mobil ESEMKA di Solo. Proyek fiktif yang hanya digunakannya sebagai alat untuk kampanye menuju DKI 1. Jokowi nyatanya sama sekali tidak mendukung industri otomotif dalam negeri. Buktinya, Jokowi lebih memilih mengimpor bus karatan dari Cina, padahal sebelumnya sudah diperingatkan oleh sejumlah pihak agar menggunakan bus buatan dalam negeri. Tetapi Jokowi menolak secara mentah – mentah.
Kemudian persoalan pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota Jakarta yang dulu sangat ditentangnya. Sekarang malah Jokowi menyetujui dan mendukung dengan sepenuh hati pembangunan tol tersebut. Ada apa? Bukannya Jokowi mengaku tengah berupaya keras mengatasi kemacetan ibukota? Membangun jalan tol tersebut justru menambah kemacetan.
Lihatlah betapa tidak konsistennya Jokowi dengan sikap dan kebijakannya sendiri. Jokowi sama sekali tidak dapat dipercaya karena tidak bisa memegang omonongannya. Sebagai seorang pemimpin, seharusnya Jokowi memiliki sikap dan prinsip. Harus bisa memegang perkataannya dan harus tegas baik terhadap partai, Megawati ataupun pengusaha - pengusaha yang mendanai kampanyenya selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H