Sebelum kita melangkah lebih jauh, silahkan renungkan dahulu alasan mengapa kita berada di dunia ini, alasan mengapa manusia itu diciptakan, lalu alasan mengapa manusia kelak juga akan meninggal. Beragam bacaan filosofis akan makna kehidupan ini tentu sudah banyak beredar di toko-toko buku. Namun, ada baiknya carilah jawabanmu sendiri, jawaban yang mencerminkan pemikiraan serta berasal dari telaah logika serta pengalaman hidup sendiri.
Saya sendiri percaya bahwa keberadaan kita di dunia bukanlah kebetulan semata, semua sudah digariskan layaknya takdir yang tidak bisa diubah. Tengoklah sejenak ke rumah bersalin, hari demi hari di dunia selalu ada kelahiran manusia di dunia ini, lalu tengoklah ke berbagai rumah sakit, hari demi hari pula selalu ada orang meninggal. Disinilah letak garis tersebut, hari ini si A ditakdirkan untuk lahir melihat dunia untuk pertama kalinya, si B meskipun orangtuanya menikah terlebih dahulu tetapi karena garis takdir berkata lain maka dia dilahirkan setelah A. Sehingga keberadaan kita di dunia ini tidak bisa dielakkan, bukan suatu kebetulan tetapi ada garis takdir.
Lalu untuk apa kita diciptakan di dunia ini? lebih dari itu mengapa si A di lahirkan ke dunia lebih dulu dari B, dan si C meninggal saat dilahirkan? Pastinya setiap manusia dengan berbagai perangainya kelak akan memiliki peran di dunia ini. Layaknya naskah drama, hidup itu adalah permainan peran, ada yang menjadi antagonis dan protagonis. Lalu peran apa yang dimainkan oleh seorang manusia bergantung dari keputusannya. Si A yang dilahirkan lebih dulu sesuai garis takdir tadi, kelak akan mengambil keputusan peran apa yang dia ambil. Nah, momen-momen saat pengambilan keputusan tersebutlah nilai-nilai agama akan berperan. Agama dapat membimbing manusia dalam menentukan perannya dalam kehidupan ini, dari saat dilahirkan hingga meninggal.
Apapun agama yang dianut, pengertian agama kurang lebih adalah sama, yakni petunjuk dari Tuhan kepada umat manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan untuk memperoleh kebahagiaan. Apabila seseorangtidak beragama, bukan berati ia tidak dapat memiliki petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan. (karena pada dasarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi kebahagiaan mulai dari diri sendiri hingga lingkungan sekitar). Namun, ketika kita beragama maka kita memiliki lebih banyak petunjuk untuk membimbing hidup kita di dunia ini. Misalnya agama tentu akan membimbing umatnya agar dalam berinteraksi dengan sesama manusia perlu memperhatikan dampaknya bagi orang lain, jangan menyakiti hati sesama manusia, dan jadilah pribadi yang senantiasa tolong menolong demi memberi manfaat satu sama lain.
Dalam bahasa Arab sendiri agama berarti “Addin” yang bila diterjemahkan berarti jalan. Sehingga mengapa kita harus beragama, berarti sama dengan pertanyaan mengapa kita harus berjalan. Dalam kehidupan ini kitaharus berjalan (beragama) karena agama mengatur bagaimana cara kita berjalan di muka bumi ini, sehinga kita bisa hidup di dunia dengan baik dan benar.Agama adalah aturan hidup manusia, dan diajarkan agar manusia bisa hidup dengan harmonis di dunia dan di akhirat.
Agama memainkan peranan sosial yang kuat dalam kehidupan manusia, karena semua agama mengajarkan manusia dalam kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etik yang wajib diikuti penganutnya. Kode etik inilah yang menjaga kehidupan umatnya agar selalu berada dalam koridor etika kebaikan. Sehingga ketika seseorang manusia tidak beragama, maka dia pun akan kesulitan mencari kode etik dalam berprilaku di masyarakat. Dia yang beragama tanpa perlu mencari-cari lagi, sudah memiliki kode etik sendiri yang bisa diilhami dan diterjemahkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kita juga peru beragama karen aagama menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak bis adijawab oleh akal manusia sendiri. Misalnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, takdir serta nasib, dan sebagainya. Selain itu kita harus beragama agar dapat mewujudkan dunia yang harmonis, karena pada umumya agama memiliki nilai yang sama. Nilai-nilai tersebut memberi penerangan kepada manusia agar hidup rukun sesama umat manusia, sehingga mampu menghindari peperangan, dan menciptakan dunia yang harmonis.
Kesimpulan utama dari tulisan ini adalah bukan berarti semua orang yang beragama itu memiliki moral atau kehidupan yang lebih baik dari yang tidak beragama. Pada kenyataannya banyak orang yang beragama tetapi justru berbuat kekerasan, kerusakan, jahat, dan suka berbohong terhadap temannya. Berbagai manfaat dari beragama hanya bisa dipetik ketika kita sadar dan mau mengikuti titah agama tersebut, bukan memaknainya secara setengah-setengah atau hanya ikut-ikutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H