Semarang - Pandemi Covid19 menyebabkan masyarakat banyak beraktifitas di dalam rumah, sudah lebih dari 1 tahun Indonesia menghadapi pandemi Covid19. Sehingga hal tersebut menyebabkan banyak sampah yang berasal dari rumah/sampah domestik.
Sampah telah menjadi permasalahan yang serius, bukan hanya bagi Indonesia namun di seluruh belahan bumi. Sampah menjadi masalah yang tak kunjung usai, baik di darat atau di laut.Â
Menurut sumber yang saya dapat yaitu dari WHO, total sampah yang menumpuk di seluruh dunia mencapai 2.01 miliar ton, dan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan penduduk dunia. Diperkirakan pada tahun 2050 timbunan sampai akan mencapai 3,4 miliar ton.
Selain itu, menurut data yang diambil dari Badan Pusat Statistika Kelurahan Srondol Wetan tahun 2020, sebanyak 21.230 warga yang tercatat tinggal di kelurahan ini, setelah dikali dengan rata rata orang menghasilkan 0,38 kg setiap harinya, apabila dikalikan dengan jumlah warga tersebut, didapatkan hasil 8.067,4 ton untuk setiap harinya.Â
Dengan adanya masalah ini, kita dapat berkontribusi untuk mengurangi jumlah sampah, salah satunya dengan membuat pupuk kompos yang berasal dari sampah organik. Salah satu metode yang digunakan yaitu metode Takakura, metode Takakura adalah adalah cara pengomposan sampah organik skala rumah tangga menggunakan keranjang Takakura (Takakura bins).Â
Keranjang tersebut dirancang sebagai wadah fermentasi untuk mendekomposisi (mengurai) sampah organik menjadi pupuk (kompos), metode ini dipilih karena menggunakan mikroba, sehingga sampah yang dihasilkan tidak mengeluarkan bau tengik.
Metode Takakura belum dikatahui oleh masyarakat luas, padahal metode ini terbilang cukup mudah, murah dan sangat efektif. Metode ini dapat memanfaatkan sampah organik yang dihasilkan setiap harinya pada setiap rumah, seperti sisa makanan, sisa potongan sayur, kulit buah, dan lain lain. Selain itu menggunakan bahan pelengkap juga mudah dicari yaitu, bekas keranjang pakaian, kardus bekas, serbuk kayu, em4 pengaktif bakteri, pupuk dan pengaduk.
Hal itu mendorong Dicky Rafif F sebagai mahasiswa program studi Teknik Lingkungan untuk membuat program KKN yang memberikan edukasi cara membuat pupuk dengan Metode Takakura. Pada tanggal 12 Juli 2021 ia mulai menjalankan programnya dengan cara membagikan video tutorial kepada warga melalui Whatsapp grup bersama ketua RW 05 dan 06 Kelurahan Srondol Wetan.
Dicky Rafif sebagai pembuat video berharap agar warga RW 05 dan 06 dapat mengimplementasikan program tutorial cara membuat pupuk organik dengan Metode Takakura secara baik dan benar agar jumlah sampah yang terbuang dapat berkurang, serta dapat mengurangi pengeluaran untuk pupuk tanaman, dan bahkan menjadi ladang penghasilan bagi yang berkeinginan untuk itu. Â
Penulis : Dicky Rafif Fakhruddin - Teknik Lingkungan - 2108011810107