Mohon tunggu...
dicky irawan
dicky irawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis freelance

2010-2017 wartawan Koran Sindo Medan dari Maret 2010-Juli 2017 dan sekarang penulis freelance baik di kompasiana.com dan di sejumlah portal media lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menertibkan PKL Itu Sulit Atau Mudah?

21 Januari 2019   16:58 Diperbarui: 25 Januari 2019   18:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simpang Pasar Gambir, Tembung, Deli Serdang. (dok.pribadi)

Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) apakah pekerjaan yang mudah atau sulit? Soalnya, sampai sekarang masalah tersebut menjadi masalah klasik di Sumatera Utara, termasuk juga di Kabupaten Deli Serdang.

Saya menamai itu sebagai masalah klasik, karena sampai saat ini, masalah tersebut tak kunjung mampu "diberesakan" oleh dinas terkait.

Di Pasar Gambir, Percut Sei Tuan, Deli Serdang misalnya. Tepat di simpang Jalan Pasar 8/Gambir, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, sejumlah PKL menjajakan dagangannya. Selain membuat kawasan itu menjadi macet, para PKL pun menjajakan dagangannya di atas drainase.

Padahal, tak jauh dari lokasi itu, sudah ada kios-kios tersedia. Entah kenapa, para PKL lebih memilih berdagang di simpang Pasar 8 itu.

Akibatnya, pengendara mobil yang melintas kawasan itu harus memiliki tingkat kesabaran yang lebih. Soalnya, PKL yang berjualan di pinggir jalan itu membuat pembelinya memarkirkan sepeda motornya di badan jalan. Akibatnya, badan jalan jadi bertambah sempit.

Belum lagi, truk-truk berbadan besar dan bahkan truk kontainer kerap melintasi kawasan itu. Karena, tepat di dalam Jalan Pasar 8 itu terdapat sejumlah pabrik dan gudang.

Bayangkan saja, lebar jalan yang seharusnya sekitar 6 meter, menjadi berkurang hanya cuma 3 sampai 4 meter saja. Itu karena para pembeli memarkirkan sepeda motornya dan bahkan becak mesinya di badan jalan. Ditambah lagi hilir mudik para pembeli yang semakin membuat badan jalannya semakin bertambah sempit.

Dengan lebar jalan hanya sekitar 4 meter, pengendara mobil harus bisa melintasi kawasan itu yang berselisih jalan dengan truk kontainer. Belum lagi pengendara mobil harus bersenggolan dengan sepeda motor yang diparkirkan di badan jalan.

Memang tidak masuk akal. Soalnya, lebar badan truk kontainer saja bisa mencapai 3 meter dan lebar badan mobil sekitar 1 meter lebih. Jadi, dibutuhkan skil menyetir dan kesabaran yang ekstra untuk bisa melintasi kawasan itu.

Sebenarnya, kondisi seperti ini salah siapa? Salah PKLnya atau salah dinas-dinas terkait yang belum mampu memberikan solusi terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. 

Jangan Sekedar Menertibkan, PKL Butuh Solusi Terbaik 

Di satu sisi, PKL membutuhkan pemasukan untuk menghidupi keluarganya. Di sisi lain, keberadaan PKL itu membuat kawasan itu sulit untuk dilintasi. Padahal kawasan itu merupakan jalan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun