Mohon tunggu...
Dicky CahyaGobel
Dicky CahyaGobel Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Mencari tahu dalam ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ada Apa dengan Film "JKDN"?

19 Agustus 2020   12:01 Diperbarui: 19 Agustus 2020   12:57 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film JKDN merupakan satu dari sekian film dengan adegan cuplikan yang peminantnya cukup banyak. Itu terlihat ketika saya mendapati salah satu kanal youtube yang menampilkan cuplikan film tersebut, dengan ribuan penonton yang dibanjiri ratusan like.

Menariknya, di dalam cuplikan film itu banyak pula komentar yang muncul. Dan kebanyakan komentar yang bermunculan, seakan membuat satu penegasan bahwa ini adalah suatu kebenaran dan layak untuk diperjuangakan. Kebenaran yang mana? Perjuangan seperti apa?

Sebelumnya, jika kalian belum menonton cuplikan-nya boleh saja untuk segera ditonton agar apa yang saya sampaikan dalam tulisan ini bisa selaras dengan hasil telaah  kalian lewat tontonan tersebut.

Pertama, trailer atau cuplikan film itu dibuka dengan pemandangan di salah satu wilayah yang ada di Indonesia dengan berlatar area pemakaman yang kemungkinan besar merupakan situs-situs bersejarah yang ada di aceh. Setelah itu berpindah ke beberapa tokoh yang memberikan penjelasan sedikit tentang “sejarah ke-khalifah-an” di Indonesia dengan menyentil kekuasaan turki utsmani atau kesultanan utsmaniyah. Dan sin pun ditutup dengan gambar yang menampilkan judul film tersebut, yaitu “ JEJAK KHILAFAH DI NUSANTARA.”

Rencananya film ini akan  diluncurkan di tanggal 20 agustus 2020 besok, yang juga bertepatan dengan tanggal 1 Muharam 1442 dalam kalender tahun Hijriyah. Dan bisa dipastikan bahwa film ini akan menjadi salah satu film yang banyak dibahas di tahun ini. Kenapa bisa?

Dengan mengangkat tema sejarah ke-Islam-an di Nusantara, maka bisa dipastikan akan memicu banyak tanggapan dalam peluncuran film ini di kancah perfilman Indonesia. Karena kita tahu bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi umat Islam terbesar di dunia saat ini, namun jumlah tersebut terbagi ke dalam beberapa aliran atau pemahaman 'Islam'. Dan tersebar kedalam beberapa kelompok atau organisasi.

Banyaknya kelompok-kelompok organisasi Islam di ndonesia, maka akan banyak pula potensi tanggapan yang akan muncul apabila film ini berhasil diluncurkan nantinya. Dan tentu disinilah yang membuat film ini menarik untuk dibahas sebelum opening penayangannya.

Mungkin kita akan berpikir sejenak kenapa film ini dibuat?, atau untuk apa film ini dibuat? yang dalam kata lain yaitu menyangkut penyebabnya. Ini juga yang memantik pertanyaan selanjutnya tentang siapa “aktor” dibalik naskah film ini ? dan apakah sejarah keislaman kita yang ada di Nusantara belum seutuhnya 'benar'?, atau seperti yang dikatakan di salah satu adegan dalam cuplikan tersebut, bahwa ada proses ‘pengkaburan sejarah’ dalam historitas-Islam di Nusantara.

Sebetulnya saya pribadi senang ketika bisa belajar soal sejarah, apalagi menyangkut sejarah keagamaan.

Di samping bisa belajar dalam menambah wawasan pengetahuan, kajian dalam sebuah forum-forum  berisi orang-orang hebat yang punya kapasitas dan tak ketinggalan secangkir kopi sebagai pelengkapnya akan sungguh begitu nikmat.

Tapi terkadang, proses pembelajaran mengenai sejarah pasti rentan akan kebuntuan atau perbedaan pandangan. Yang lebih berbahaya ketika sejarah diangkat bukan pada ruang-ruang intelektual tapi malah jauh dan menggiringnya ke urusan sentimental secara subjektif. Dan itu bisa saja terjadi apabila tidak didukung aspek kapasitas pengetahuan yang mumpuni.

Intinya, ketika ingin berbicara soal sejarah maka dudukanlah ia (sejarah) pada koridor yang tepat dalam arti imu pengetahuan. Dan syarat untuk memenuhinya ialah dengan seberapa besar kapasitas intelektual kita untuk membicarakannya atau dalam mendiskusikannya.

Sebenarnya saya pribadi mengharapkan adannya sebuah penggambaran hebat dan sebuah kesan positif tersendiri ketika bisa menyimak langsung perilisan film ini nantinya, karena film-film yang mengangkat sejarah nusantara sangatlah sedikit bila dibandingkan dengan film-film yang berasal dari mancanegara.

Tentu kita juga bisa menaruh ekspetasi yang luar biasa, sama halnya ketika menyimak film “Sang Pencerah” yang mengisahkan tentang pendiri Muhammadiyah yaitu K.H Ahmad Dahlan dan “Sang Kiai’ yang menceritakan tentang perlawanan orang pribumi dalam melawan penjajah yang dimotori langsung oleh sang Rais Akbar Hadratush Syaikh K.H Hasyim Asy’ari.

Di awal tahun 2020 ini kita juga sempat disuguhkan dengan rilisnya cuplikan film “Jejak Langkah 2 Ulama” yang digarap langsung oleh PonPes (Pondok Pesantren) Tebuireng milik NU, yang berkolaborasi dengan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) milik Muhammadiyah. Walaupun hanya diputar di kalangan internal dari daerah ke daerah, tapi sudah bisa membuat kita terkesima lewat cuplikan-nya.

Penggambaran soal sejarah Nusantara memang sangtlah luas cakupannya. Dan semua orang bisa untuk mengekspresikan lewat khazanah pemikiran maupun seni perfilman. tak ada yang salah ketika anak bangsa bicara soal sejarah bangsanya sendiri, namun yang pasti bukan mendekonstruksi hal-hal yang akan berdampak buruk kepada bangsa dan negaranya.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip kalimat dari bapak pluralisme  Indonesia bahwa,

“Islam Datang Bukan Untuk Mengubah Budaya Leluhur Kita Jadi Budaya Arab. Bukan Untuk ‘Aku’ Jadi ‘Ana’, ‘Sampeyan’ Jadi ‘Antum’, ‘Sedulur’ Jadi ‘Akhi’,… Kita Pertahankan Milik Kita, Kita Harus Serap Ajarannya, Tapi bukan Budaya Arabnya”(K.H Abdurahman Wahid).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun