[caption id="" align="alignleft" width="240" caption="susu mengandung melamine (foto: www.chem-is-try.org)"][/caption] SETELAH menyimak berita di televisi, koran, dan radio tentang susu beracun yang telah menelan korban sebanyak 54 ribu bayi di China, bukan saja menggemparkan negeri tirai bambu itu. Tapi juga Negara-negara yang selama ini mengimpor susu dari China, seperti Jepang, Hongkong, Malaysia, Brunei Darussalam, dan di sejumlah negara di Eropa. Bahkan bisa dipastikan di seluruh wilayah di Indonesia sendiri, terutama kaum wanita yang memiliki bayi dibikin ketar-ketir. Pasalnya, belum tuntas perasaan was was itu hilang dari hati mereka karena hingga saat ini masih menunggu pengumuman resmi dari pemerintah terkait susu formula dan bubur bayi yang diduga mengandung racun yang beberapa waktu lalu ditemukan oleh para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Berdasarkan hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri beracun. Tiga dari 46 sampel bubur susu bayi juga tercemar bakteri itu. Adanya bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi tersebut, bisa menyebabkan radang selaput otak. Sebenarnya keresahan itu sudah dirasakan jauh-jauh hari oleh kaum wanita, khususnya yang tinggal di wilayah Barat, Jakarta. Atau wilayah lainnya di Jakarta dimana banyak terdapat tempat-tempat hiburannya. Mereka sudah jauh-jauh hari pasangan mereka terkontaminasi susu asal China itu. Lho? Bukannya yang sekarang sedang menjadi pembicaraan itu susu formula buat bayi. Kenapa? Dikonsumsi laki-laki dewasa? Sebenarnya hubungannya sangat erat sekali, berhubung masih ada kaitannya dengan kata ‘susu’ dan ‘China’. Dua kata yang belakangan ini membuat resah kaum hawa, baik yang memiliki bayi maupun tidak. Baik wanita yang tengah berencana punya bayi jika menikah nanti, maupun mereka yang tidak bermaksud punya bayi tapi tak pernah tinggal melakukan ritual reproduksi dengan pasangannya. Mereka ini, kaum wanita sempat resah apalagi setelah mendengar keterangan dari Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Pariwisata Dinas Pariwisata DKI Jakarta Iwan Saefuddin belum lama ini yang mengatakan, selama ini para pengusaha hiburan di Jakarta mempekerjakan ribuan perempuan asal China sebagai wanita penghibur atau pelacur. [caption id="" align="alignleft" width="167" caption="foto: cungkok/jejak kasus/www.indosiar.com"][/caption] Jadi? Ya enggak jadi. Yang jelas, masalahnya jadi jelas. Yang dikhawatirkan kaum wanita di Jakarta jadi meluas selain bayi mereka. Tapi juga pasangannya. Ada susu yang lain dengan kemasan yang berbeda tapi sama-sama berasal dari China. Bayangkan, selama beberapa tahun ini ribuan cungkok (wanita penghibur asal China) berkeliaran di ibukota. Jelaslah, kaum wanita di Jakarta seharusnya selama ini dilanda keresahan dan kekhawatiran, pasangan mereka terkonakminasi oleh susu asal China itu. [caption id="" align="alignright" width="191" caption="cungkok (foto:www.indosiar.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H