MENGUTIP Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna rekayasa adalah rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan sebagainya oleh pihak lain. Sedangkan eureka adalah kata yang terkenal karena dipekikkan oleh Archimedes pada waktu dia menemukan gaya angkat air yang belakangan disebut hukum Archimedes pada sebuah benda yang tercelup. Peristiwa itu terjadi manakala Archimedes diminta oleh Raja Hieron II untuk menyelidiki apakah mahkota emasnya dicampuri perak atau tidak. Ketika menemukan jawabannya, ia bangkit berdiri, dan berlari sepanjang jalan ke rumah dengan telanjang bulat. Setiba di rumah ia berteriak pada istrinya, "Eureka! Eureka!" yang artinya "Sudah kutemukan! Sudah kutemukan!" Sejak saat itu terciptalah hukum Archimedes.
Ada apa dengan kata rekayasa? Ada apa pula dengan kata eureka! (lebih seru kayaknya kalau pakai tanda seru dibelakang kata Eureka). Enggak ada apa-apa. Loh, kok enggak ada apa-apa? Lalu, apa maksudnya dengan menulis judul di atas yang bikin kepala puyeng. Bahkan lebih dari itu, jadi malas membacanya karena selain terlihat agak asing di telinga dan ya malas saja! Ah, yang jelas saya ingin pakai judul itu. Keren! Kelihatannya eye catching gitu loh !
Baiklah! Alih-alih mengikuti tren belakangan ini dikalangan para pesohor negeri mulai dari mereka yang diberi kekuasaan untuk memimpin suatu insititusi. Hingga para figur publik yang kalau mengutip bahasa gaul ‘banci’ tampil di depan layar kaca. Kalau para pemimpin yang memimpin orang-orang yang dipimpinnya hingga bisa memimpin bertahun-tahun. Lupa! Entah disebelah mana dan apanya yang dilupa atau dilupa-lupakan hingga benar-benar lupa atau sok lupa itu. Yang jelas, setahu bagaimana tuh para pemimpin dijebloskan ke penjara karena tertangkap basah akibat merekayasa sedemikian rupa uang yang bukan miliknya menjadi hak pribadi alias korupsi. Seperti misalnya, Abdul Hadi Djamal, anggota komisi V DPR RI yang dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi yang beken disebut KPK menggaruknya ke hotel prodeo.
Lain halnya dengan figur publik artis-artis yang kerjanya wara-wiri di layar televisi. Mau baru atau lama, junior atau senior, saling berlomba sering-sering menempelkan wajahnya itu di layar kaca. Tak perduli rasanya berprestasi ataupun tidak yang membuat mereka menjadi konsumsi publik. Sampai-sampai dari teve satu ke teve lainnya terutama di acara infotainment isinya dalam satu minggu bisa wajah itu-itu saja. Bukan tanpa lantaran atau alasan, kehadiran mereka yang melulu dari hari ke hari rupanya memang sudah direkayasa sedemikian rupa guna mendongkrak popularitas. Kenapa? Ya sudah begitu iklimnya. Yang terbaru adalah rekayasa seputar aksi Saipul Jamil yang meremas bokong aktris kawakan Kiki Fatmala. Wah! Entah benar-entah tidak konon huru-hara kasak-kusuk sas-sus itu guna mendongkrak film terbaru yang mereka bintangi Pijat Atas Tekan Bawah. Yang jelas, mestinya mereka-mereka yang merasa berhasil atas apa yang mereka ciptakan bangkit berdiri dan berlari sepanjang jalan dengan telanjang bulat seperti Archimedes dahulu. Lalu berteriak, “Eureka! Eureka! Rekayasa!” ***
Tulisan ini pernah saya tulis di pesbuk (11/03/2009).. ini hanya permulaan.. mudah-mudahan bisa lebih baik lagi.. Eureka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H