Halaahhh itu sih disambung-sambungin dan bisa-bisa nya penulis saja.
Memang iya. Tapi, coba pikirin deh (yang enggak mau mikir juga enggak apa-apa). Aku (penulis) sih menulis memang apa adanya dan ada apanya. Kadang-kadang ada-ada apanya dan apa-apa adanya. Sekali-sekali ada, sekali-sekali apa. Anda maunya ada atau apa?
Tahu ga? Orang Lady Gaga-nya juga saat ini, saat pembaca membaca tulisan ini, dia lagi galau. Sampai-sampai sempat-sempatnya si Gaga Lady ini curi-curi ilmu dari leluhur orang Indonesia yang gemar menghitung suara toke. Antara jadi, enggak, jadii, enggaak, jadiii..., enggaaaaakk..
Ngemeng-ngemeng masalah kegalauan ini. Nun jauh diluar gebyar-gebyernya dunia gemerlap kaum jet set yang rela mengantre demi konser Lady Gaga tersebut. Di sejumlah daerah di Jawa Barat, misalnya, masyarakat tengah galau gara-gara gas subsidi 3 kilogram susah diperoleh.
Eeehh.. Apa hubungannya sama konser? Begini lho tuan presiden. Bukankah ini galau juga pak presiden? Jadi. Tunggu apa lagi? Sudah waktunya dibikin kementerian kegalauan yang mengurus rakyat-rakyat galau.
Dibawah kementerian kegalauan nantinya ada departemen kegalauan, dinas kegalauan, dan instansi kegalauan. Kalau perlu sampai ke tingkat yang paling bawah. Masukan dalam kurikulum di sekolah-sekolah pelajaran galau. Biar sewaktu-waktu kalau orang menghadapi galau sudah bisa mengantisipasinya. Terutama saat para siswa galau menghadapi Ujian Negara atau UN karena saking banyaknya sms atau bbm kunci jawaban yang masuk ke handphone mereka.
Termasuk penulis yang kini ikutan galau. Iya. Masalahnya, sudah akhir bulan. Tahu sendiri kan. Orang bilang jurnalis itu menulis jujur menulis dan menganalisis. Bahkan saking orang itu (entah siapa, jangan nanya siapa ya?) menghargai profesi jurnalis dibilang begini. Menulisnya kritis.
Itu semua benar adanya. Kritis. Setiap diakhir bulan. Tapi tak jarang keliatan tenang-tenang aja. Ya, pasalnya toh yang merasa kritis bukan hanya jurnalis. Bisa jadi semua orang. Kritis karena isi dompet mulai menipis.
Akhir bulan ini masih beruntung ada puasa Rajab. Jadi, tak terlihat galau juga ketika sebagian umat muslim memang punya niat lalu melaksanakan puasa sunat yang pahalanya berlipat-lipat. Bisa sedikit berhemat bukan?
Akhir cerita. Usul! Adakan Kementerian Kegalauan pak presiden!
O ya! Presidennya siapa ya?? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H