Mohon tunggu...
Dicky Zulkifly
Dicky Zulkifly Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku hanya seorang pembelajar, yang tidak tahu apa-apa. Tugasku mengetahui banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Cirata dan Nasi Liwet Ikan Bakar

19 Januari 2015   05:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:51 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*** Dari Cirata, oleh Cirata untuk Dunia

[caption id="attachment_391609" align="aligncenter" width="538" caption="ilustrasi foto (internet) sangat istimewa"][/caption]

Anda dan rekan kerja, mungkin salah satu yang merasa bingung dalam memilih tempat berlibur. Karena kesibukan profesi, bukan hanya fisik yang merasakan lelah. Tetapi kemumetan benak sekian lama bertarung dengan sibuknya aktivitas kota, menjadi permintaan yang secepatnya mesti dikabulkan.

Permasalahan ini pasti mendorong keinginan untuk berlibur di tempat yang mampu memberikan rasa tenang. Sebagai manusia normal, tentu menginginkan adanya refreshing.

Pasti banyak tempat yang akan dipilih. Mulai dari tempat berlibur dengan tawaran biaya mahal, sampai touring ke sejumlah tempat ternama. Namun, hal tersebut sontak ditolak rundingan diri. Alasannya, hanya menambah rasa capek apabila berlibur di tempat-tempat yang tak sesuai dengan keinginan.

Kondisi alam Cirata memang begitu menggoda jiwa. Keasrian yang disuguhkan, mampu memberikan bukan sekedar rasa tenang, melainkan kepuasan dan rasa syukur. Betapa sempurnanya penciptaan alam semesta ini.

Hamparan bukit nan hijau, membendung aliran Sungai Citarum. Nada-nada alam, sangat disayangkan jika hanya dirasakan warga setempat. Penduduk bumi, akan merasakan sesal tiada balas, jika melewati kesempatan menjejakkan kaki di Objek Wisata Cirata.

Ongkos wisata di sini, bohong rasanya jika dikatakan mahal. Semua pihak yang sudah menginjakkan kaki di Cirata, pasti tidak merasakan kebimbangan berlebih, saat memilih tempat yang bukan untuk sekali dikunjungi. Cirata wajib dikunjungi seumur hidup. Cirata memiliki alam yang subur dan kaya akan potensi wisata kuliner.

Berbicara Cirata, tak lengkap tanpa membahas masakan kulinernya. Nasi Liwet Ikan Bakar menjadi menu khas dan pertama kali ditawarkan oleh rumah makan-rumah makan setempat.

[caption id="attachment_391610" align="aligncenter" width="485" caption="ilustrasi foto (internet) sangat istimewa"]

14215938081767571805
14215938081767571805
[/caption]

Hidangan yang sangat menggoda hasrat untuk segera menghilangkan rasa lapar selama perjalanan. Karena nasi yang disuguhkan merupakan hasil panen padi para petani sawah Cirata, begitu khas di lidah. Begitu juga dengan Ikan Nila yang dihidangkan setiap rumah makan, sebagai olahan penuh dedikasi para petani asal Kolam Jaring Apung (KJA) Perairan Cirata.

Dari Cirata, oleh Cirata untuk Dunia. Tak puas dengan Nasi Liwet Ikan Bakar, ada masakan kuliner lain. Mulai dari Sate Maranggi, Ayam Bakar, sampai minuman es kelapa muda (Bahasa Cirata-nya Es Dawegan) menjadi minuman khas yang patut dicoba. Rasa manis alam yang dihasilkan Dawegan Cirata melengkapi penjelajahan kuliner di Cirata.

Objek Wisata Air dan Kuliner Cirata duduk di tanah wilayah pemerintahan Desa Ciroyom, Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat. Berbagai pilihan wisata bagi pengunjungnya ditawarkan. Mulai dari wisata air, out bond, sampai sirkuit motor cross.

[caption id="attachment_391611" align="aligncenter" width="447" caption="foto dokumentasi"]

1421594430489097215
1421594430489097215
[/caption]

Objek Wisata Bendungan Cirata kerap dipenuhi pengunjung pada momen-momen liburan. Wisatawan yang datang muncul dari pengunjung domestik. Tak perlu khawatir berdesak-desakan dengan pengunjung lain.

Meski selalu ramai dipenuhi, Cirata selalu aman, nyaman dan memberi kepuasan. Karena spirit rasa keramahan yang diberikan warga setempat, memberikan citra baik bagi objek wisata ini.

Salah satu objek wisata di Jawa Barat ini memiliki beberapa titik wisata. Salah satunya titik makanan kuliner di kawasan Tripa dan Buangan, wisata air dan motor cross di kawasan Buangan dan pemandangan asri tepat di posisi bendungan (dam) sampai wisata pemancingan.

Objek wisata cirata terbuka bagi setiap pengunjung dan semua kalangan. Mulai dari kalangan pelajar, pegawai hingga masyarakat umum. Memang, wisata ini memiliki keasrian alam yang belum banyak terjamah. Ekspos wisata yang minim, menyebabkan kawasan wisata Cirata belum diketahui banyak.

Para wisatawan wajib menginjakkan kaki di Bendungan Cirata. Selain akan dipuaskan dengan udara sejuk, pemandangan bukit hijau, pengunjung akan dipuaskan dengan berbagai masakan kuliner. Cirata juga cocok untuk dijadikan even dan acara keluarga. Mulai dari syukuran, acara pemuda, pelajar, mahasiswa sampai even besar. Karena beberapa titik di kawasan Wisata Cirata memiliki lapangan yang luas.

Referensi tentang Cirata dari segi sejarah, memang begitu banyak. Singkatnya, Bendungan Cirata sejak pertama dioperasikan pada tahun 1988 oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Cirata menjelma bukan sebagai sumber energi listrik, tetapi juga sebagai wisata alam yang sangat begitu asri.

Sebelum menjadi objek wisata yang bertempat di Kabupaten Bandung Barat, rupanya Waduk Cirata memiliki sejarah panjang. Adalah kesempuranaan alam di Ciarata yang melatarbelakangi pendirian PLTA.

Konon, letak sungai Citarum yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi, menarik Pemerintah Indonesia kala itu untuk membangunkan sebuah pembangkit listrik bertenaga air di daerah aliran sungai (DAS) Citarum ini.

DAS Citarum yang kini disulap menjadi PLTA terbesar se-Asia Tenggara ini membentang di tiga kabupaten. Di antaranya wilayah Kabupaten Bandung Barat, Cianjur serta Purwakarta.

Mungkin semua sudah tahu, bahwa bendungan yang dikelola oleh PLTA Cirata, merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. Air Cirata dengan PLTA-nya memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun.

Ditulis oleh Dicky Zulkifly mahasiswa Konsentrasi Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Purwakarta. Putera Daerah Kabupaten Bandung Barat, aktif sebagai Jurnalis di Harian Pasundan Ekspres (Jawa Pos Group) @dickyzulkifly93 (twitter) dicky_zulkifly@ymail.com (facebook)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun