"Dok, bisa menangani monyet ga?", tanya seorang pemilik seekor monyet ekor panjang di depan pintu masuk sebuah klinik hewan.
"Saya coba ya bu, silakan bu!"
Ibu pemilik monyet tersebut terlihat mengeluarkan seekor monyet ekor panjang dengan kondisi kepayahan dari dalam sebuah tas. Serta-merta ibu tersebut menyebutkan namanya, "Nyet namanya dok". Sekilas terlihat bahwa monyet ekor panjang tersebut masih berusia muda, kira-kira berumur enam bulan-an.
"Kalau boleh tahu keluhan si Nyet apa ya bu?"
"Begini dok, sejak kemarin si Nyet kok batuk-batuk, napasnya kelihatan sesak dan nafsu makannya langsung menurun, lemas juga dok."
"Saya periksa dulu ya bu, o ya, kalau boleh tahu apakah di rumah ada yang lain selain si Nyet?"
"Ada tiga ekor lagi dok, tapi yang lemas cuma si Nyet."
-------------------
"Begini ya bu, kalau kondisinya seperti ini, saya takutnya si Nyet terserang tuberculosis, dan penyakit ini bisa menular ke manusia."
"Terus saya harus bagaimana ya dok?, di rumah ada anak kecil juga."
"Sebaiknya ibu periksakan ke rumah sakit hewan untuk memastikan kemungkinan tuberculosis, dan satu hal lagi bu, si Nyet-Nyet kan termasuk satwa liar jadi sebaiknya ibu tidak memelihara satwa liar lagi, karena ada resiko penularan penyakit ke manusia."
"Terus bagaimana ya dok?"
"Kalau mau, ibu bisa menghubungi Pusat Penyelamatan Satwa yang terdekat, nanti saya carikan alamatnya."
----------------
Sebuah obrolan di siang hari antara pemilik satwa liar di sebuah klinik hewan di pinggiran Jakarta yang menggambarkan betapa masyarakat kota besar masih menganggap satwa liar sebagai pet animal. Satwa liar menurut mereka, telah disamakan dengan hewan-hewan kesayangan domestik lainnya, entah alasan apa yang mendasarinya, beberapa mengatakan bahwa mereka sayang terhadap satwa liar. Inilah anggapan yang harus diluruskan, sayang terhadap satwa liar bukanlah berarti memeliharanya dalam sangkar atau dirantai. Sayang terhadap hewan adalah memberikan hak hewan dalam prinsip animal welfare. Terdapat perbedaan antara kesejahteraan hewan domestik dan satwa liar. Jelas, satwa liar dalam kodratnya tidak diperuntukkan untuk dielus atau disangkarkan seperti anjing atau kucing, mereka akan merasa bahagia jika dibiarkan dan dijaga kelesetariannya di habitatnya. Jadi sayang terhadap satwa liar harus ditunjukkan dengan menjaga kelestariannya. Selain itu, beberapa zoonosis telah dilaporkan terdapat pada satwa liar, jadi semakin dekat jarak manusia dengan satwa liar, maka kemungkinan penyakit baru akan muncul lebih besar, bahkan bisa menjadi wabah dan juga pandemi. Contoh saja SARS dan flu burung yang telah menggemparkan dunia internasional.
Sudah saatnya berkata "Stop Memelihara dan Memperdagangkan Satwa Liar", serta saatnya berujar "Lestarikan Satwa Liar beserta Habitatnya Mulai Sekarang"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H