Kami adalah
akar
dari rerumputan
yang menengadah
ke langit
Kami adalah
reranting kering
terserak di atas tanah
di pukul angin
Kami adalah semut-semut
yang berjajar rapi mengantre
menunggui harapan baru di esok hari
Kami adalah
yang terlupakan
tersisih oleh duka
terkikis oleh nestapa
Sejahtera semakin asing
Lapar semakin nyaring
Aksara tak terbaca
Buta selalu kentara
Sementara tuan-tuan
(selalu dan selalu)
sibuk bertinju kata
Tuan-tuan masih ingat kami bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!