Mohon tunggu...
Dicky Ananda Fajri
Dicky Ananda Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

Hobi Sepak Bola Dan Membaca Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Tasawuf Falsafi

28 Juni 2024   14:03 Diperbarui: 28 Juni 2024   15:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tasawuf berasal dari kata sufi dan merujuk pada praktik spiritual dalam Islam yang pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim al-Kufi di Irak. Sufi dikenal karena kesucian hati dan tindakan mereka. Tasawuf falsafi menggabungkan mistisisme dengan penjelasan rasional filosofis, mencampur ajaran tasawuf dengan filsafat dari luar Islam, seperti Yunani dan Persia, namun tetap menjaga orisinalitas Islam.

Pada abad ke-3 H, tasawuf yang lebih menonjolkan pemikiran eksklusif muncul, dengan tokoh tokoh seperti al-Hallaj yang dihukum mati karena pandangan hulul-nya. Pada abad ke-5 H, alGhazali mengkritik tasawuf sebelumnya dan memperkuat tasawuf berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah. Tasawuf akhlaki, yang menekankan perbaikan moral, berkembang di abad ke-5 H.

Pada abad ke-6 H, pengaruh al-Ghazali membuka jalan bagi tokoh sufi seperti al-Rifa'i dan alJailani, yang mengembangkan tarekat. Tasawuf falsafi, yang memadukan tasawuf dengan filsafat, juga muncul, dengan tokoh-tokoh seperti Suhrawardi dan Ibn 'Arabi. Tasawuf falsafi memiliki ciri-ciri khas seperti menggabungkan rasionalitas dan perasaan dalam ajaran-ajarannya, berdasarkan latihan rohani (riyadah), menggunakan iluminasi atau bayanganuntuk memahami hakikat melalui pengalaman fana, serta menyampaikan realitas dengan simbol atau terminologi filsafat.

Objek utama tasawuf falsafi menurut Ibn Khaldun meliputi latihan rohani dengan rasa, intuisi, dan introspeksi diri, iluminasi tentang sifat-sifat rabbani, malaikat, wahyu, kenabian, dan hakikat realitas, fenomena alam dan kosmos yang mempengaruhi kekeramatan, serta ungkapan samar (syatahiyyat) yang memicu berbagai reaksi.

Tokoh dan Ajaran Tasawuf Falsafi:

Ibn Arabi, dikenal sebagai Syaikh al-Akbar dan Muhyi al-Din, adalah tokoh sufi terkenal dengan pandangannya yang unik tentang agama dan ketuhanan. Pemikiran Ibn Arabi mencakup konsep-konsep seperti hulul dan wahdatul wujud, yang mengeksplorasi dimensi spiritual dan filosofis dari perspektif tasawuf falsafi.

konsep Hulul pertama kali dijelaskan oleh Abu Hasyim al-Kufi dan dipopulerkan oleh Huseinb in Manshur al-Hallaj. Hulul dalam tasawwuf berakar dari pemikiran Syi'ah dan konsep Fana'serta Ghaibah. Beberapa agama seperti Ibrani kuno dan Nasrani juga memiliki pandangan tentang adanya unsur ketuhanan dalam nabi dan Isa al-Masih. Al-Jurjani dan tokoh-tokoh Syi'ah menganggap ruh Tuhan bisa bersemayam dalam manusia. Ibnu Arabi menolak Hulul secara materi, memandangnya sebagai kiasan, dan membagi pemahaman tentang Hulul menjadi empat kelompok: orang awam, kelompok berpenyakit, pencinta, dan orang yangs ampai. Hulul dianggap sesat oleh sebagian besar orang karena dianggap mengadopsi pemikiran dari agama Zoroaster dan panteisme.

Wahdatul Wujud adalah konsep kesatuan wujud menurut Ibn Arabi, yang menyatakan bahwa semua wujud adalah satu dan makhluk hanyalah perwujudan dari Tuhan. Paham ini menegaskan bahwa yang benar-benar ada hanyalah wujud Tuhan. Ibn Arabi mengembangkan konsep-konsep seperti hulul dan wahdatul wujud, menolak interpretasi literal terhadap hulul dan menegaskan pentingnya dimensi spiritual dalam pemahaman tentang Tuhan dan keberadaan.

Ibn Arabi adalah seorang pemikir dan sufi yang produktif dalam menulis karya-karya tentang tasawuf dan filsafat. Karya-karyanya, seperti "al-Futuhat al-Makkiyah" dan "Fusus al-Hikam," menawarkan wawasan mendalam tentang dimensi-dimensi spiritual dan filsafat dari perspektif tasawuf falsafi.

kemudian Al-Jilli adalah tokoh tasawuf yang mengembangkan pemikiran tentang "Insan Kamil" dan mengintegrasikan gagasan-gagasan tasawuf falsafi dan Sunni dalam pandangannya tentang kesempurnaan manusia. Karyanya, "al-Insan al-Kamil," menjadi salah satu rujukan utama dalam studi tasawuf, menawarkan pendekatan sistematis dan integratif terhadap pemikiran Ibn Arabi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun